“Piramida (penduduk) kita ideal untuk melompat. Optimisme Indonesia akan menjadi negara maju. Tidak mengutak-atik usia, tetapi produktivitas terutama perempuan dan kualitas hidup lanjut usia bisa menghadapi krisis pangan, energi, dan finansial,” ujar dia.
Kepala BKKBN Dr. (HC) dr. Hasto Wardoyo menjelaskan ketahanan keluarga harus diwujudkan untuk Indonesia Emas 2045.
Ketahanan keluarga yang baik, lanjut Hasto, berkontribusi dalam menghadapi krisis global dan punya daya tahan terhadap setiap krisis yang terjadi.
Hasto memaparkan kondisi demografi, dimana proporsi penduduk di usia produktif sekaligus konsumtif. Bonus demografi di Indonesia juga diwarnai dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang belum begitu baik. Mengingat, partisipasi sekolah penduduk Indonesia masih berada pada angka 8,3 tahun dan ekonomi menengah ke bawah.
“Padahal window opportunity ini akan menutup pada 2035 hingga 2045 dengan beban pendidikan yang rendah dan ekonomi rendah,” tutur Hasto.
Terkait dengan window opportunity atau jendela bonus demografi, Hasto menyebut di Indonesia tidak merata.
“Ada beberapa daerah yang sudah lewat window opportunity bonus demografi. Variasi window opportunity tidak sama antara satu provinsi dengan provinsi lain. Karena itu tidak sama kebijakannya,” ulas Hasto.
BKKBN, sambung Hasto, mengemban amanah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan juga meningkatkan kualitas keluarga. IPM Ketenteraman, kemandirian, kebahagiaan.
“Keluarga menjadi sumber daya manusia berkualitas. Namun demikian kondisi kenyataan yang terjadi saat ini, high skill (tenaga terampil) kita berada pada posisi low (rendah). Low skill kita pada posisi high,” ulas dia.
Discussion about this post