Oleh: Susiyanti, S.E
Generasi muda saat ini, nampaknya kian rusak. Padahal sejatinya generasi muda merupakan agend of change, namun apa yang terjadi hari ini cukup membuat kita makin khawatir. Baik dari segi fisik maupun mentalnya yang kian hancur.
Tak terbayang, apa yang akan terjadi nantinya jika remaja saat ini rusak? Karena para remaja hari ini merupakan pelanjut estafet kepemimpinan ke depannya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebut remaja yang menderita kesehatan mental sangat tinggi, yaitu mencapai 15,5 juta orang atau setara 34,9 persen dari total remaja Indonesia (Tempo, 15-2-2025).
Kerusakan yang terjadi, tentu bukan tanpa sebab. Adapun faktor yang menjadi pemicunya, di antaranya: Pertama, peran orang tua yang minim. Padahal seharusnya orang tua berperan aktif dalam mendidik anaknya, namun saat ini orang tua disibukkan dengan pekerjaannya.
Apalagi ada yang beranggapan bahwa peran ayah adalah mencari nafkah, sedangkan peran ibu adalah mengasuh anak. Ungkapan ini bisa benar atau salah, itu semua tergantung pada landasan berpikirnya.
Apabila landasan berpikirnya dibangun berdasarkan kapitalisme, maka orang tua akan hanya fokus memenuhi kebutuhan anaknya hanya dari materi semata. Alhasil, ayah hanya bertugas mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan materinya.
Padahal sebenarnya peran ayah tidak hanya mencari nafkah, tetapi juga memiliki peran yang sangat penting dalam pemimpin keluarga dan mendidik seluruh anggota keluarga, tak terkecuali anak-anaknya.
Belum lagi anak yang berada dalam keluarga yang broken home, karena tak sedikit anak-anak yang bermasalah dengan hukum disebabkan karena keluarga yang tidak harmonis atau utuh. Mereka cenderung berbuat sesuatu yang berulang dan bertingkah layaknya untuk menarik perhatian kedua orang tuanya. Karena anak-anak dalam kondisi ini sangat haus kasih sayang.
Kedua, keterbatasan ekonomi. faktor ini merupakan salah satu yang menjadikan orang tua kurang memperhatikan pola asuh dan pendidikan anak, karena sibuk dalam memenuhi kebutuhan keluarga, apalagi di tengah kehidupan ekonomi yang kian sulit.
Discussion about this post