“1964, Sultra belum ada, yang ada baru Sulselra. Lalu di tahun itu pula, kemudian Gubernur Provinsi Sulselra, Andi Rifai memekarkan Sultra jadi provinsi. Dengan ibu kota di Baubau, dengan Perpu No 2 Tahun 1964 yang diperkuat dengan UU Nomor 13 Tahun 1964,” ujar Hugua
“Jadi, jangan lupa atas perjuangan tokoh-tokoh masyarakat Sultra, tokoh-tokoh Diaspora dari berbagai suku seperti Bugis, Jawa, Bali dan lain sebagainya di Sultra sebelum 1964,” Hugua menambahkan.
Menurut mantan Bupati Wakatobi dua periode ini, masyarakat Sultra harus kembali ke sejarah masa lalu. Dimana terjadinya penjajahan oleh bangsa asing di Indonesia karena masing-masing suku dan kerajaan berjuang sendiri-sendiri tanpa bersatu.
“Kita harus kembali ke sejarah. Jika kita ingin porak-poranda dan menjadi suku yang dijajah kembali oleh bangsa asing maka tonjolkan suku masing-masing karena akan menimbulkan perpecahan,” tutur Hugua.
Ia merasa perlu menjelaskan tentang bagaimana sejarah masa lalu agar tidak ada kesalahpahaman dalam memilih kepala daerah.
Discussion about this post