PENASULTRAID, KENDARI – Wakil Gubernur (Wagub) Sulawesi Tenggara (Sultra) Hugua menjadi narasumber pada kegiatan Sosialisasi Penyebarluasan Informasi Penempatan dan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia yang diselenggarakan Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sultra di salah satu hotel ternama di Kota Kendari, Senin 17 November 2025.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan pemahaman dan kesiapan generasi muda Sulawesi Tenggara dalam menghadapi peluang kerja luar negeri, sejalan dengan visi pembangunan menuju Indonesia Emas 2045.
Pada kesempatan tersebut, Wagub Hugua membawa materi berjudul Peran Kawula Muda pada Indonesia Emas 2045 pada Sosialisasi Calon Pekerja Migran Indonesia BP3MI Tahun 2025.
Dalam penyampaiannya, Hugua memilih untuk tidak memberikan materi teknis, melainkan berbagi pengalaman nyata yang ia temui di lapangan.
Ia mengawali ceritanya tentang kunjungannya ke Banten dua bulan lalu, saat mengecek kesiapan program nasional Makanan Bergizi Gratis (MBG). Menurutnya, kebutuhan besar bahan pangan dalam program tersebut memerlukan dukungan industri hulu seperti peternakan ayam.
Di salah satu peternakan yang dikunjunginya, Hugua menemukan permasalahan klasik: proses pemotongan ayam yang masih manual sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja dan mengurangi keuntungan.
Dari situ ia mencari solusi, hingga bertemu dengan seorang perakit mesin pemotong ayam otomatis di Banten. Laki-laki tersebut, yang menggunakan istilah teknik sangat meyakinkan, ternyata bukan lulusan perguruan tinggi, melainkan lulusan SMK.
Yang mengejutkan lagi, kata Hugua, mesin buatannya bernilai tinggi, antara Rp600 juta hingga Rp1,2 miliar, dan ia mampu memproduksi hingga empat unit per bulan.
“Pendapatannya… ya luar biasa,” ujar Hugua dengan nada kagum.
Saat ditanya bagaimana ia memahami teknologi dengan begitu baik, perakit itu menjelaskan bahwa ia dulunya adalah mantan pekerja migran (TKI) di Timur Tengah. Wawasan dan kecakapannya berkembang setelah bekerja di luar negeri serta terpapar lingkungan yang lebih maju secara teknologi.
Hugua menegaskan bahwa pengalaman tersebut menunjukkan pekerja migran memiliki potensi besar, tidak hanya untuk meningkatkan taraf hidup pribadi, tetapi juga memajukan industri di tanah air.
“Pekerja migran itu keren. Mereka keluar negeri bukan hanya untuk bekerja, tetapi membawa pulang wawasan, keterampilan, dan cara pandang baru,” jelasnya.
Hugua kemudian membagikan kisah perjalanan pribadinya saat belajar koperasi di kawasan Alpen selama tiga bulan dan kunjungannya ke Bangladesh. Pengalaman bertemu berbagai budaya dan sistem di luar negeri membuatnya memiliki perspektif lebih luas dalam bekerja dan mengambil keputusan.


Discussion about this post