“Masih ada nggak daya tarik HPN sekarang tanpa pidato Margiono,” tanyanya.
Satu jam setelah itu Marah pula orang pertama mengirimi saya kabar duka mengenai Margiono.
Tidak berlebihan mengatakan memang banyak yang menghadiri HPN, dimana pun acaranya diselenggarakan, karena mau dengar pidato Margiono. Ah, saya masih terbayang gesture Margiono tiap kali berpidato. Bagaikan aktor Stand Up Komedi menyihir audience.
Margiono sosok wartawan yang sukses sebagai jurnalis dan pengusaha media. Ia mengawali kariernya dari bawah. Makanya ia dekat dengan bawahan. Sikap egaliter itu terbawa hingga menjadi bos besar di kerajaan medianya.
Kebetulan hobi makan pula. Seperti ditulis Dahlan Iskan, mantan bosnya di Jawa Pos, Margiono cuma mengenal dua kategori makanan. Enak dan enak sekali. Hobbi makan itu menambah sarananya untuk intens bergaul dan urun rembuk dengan para karyawan dan wartawannya.
Ketika memimpin PWI ia berlaku seperti itu juga. Mengutamakan kebersamaan dan mau mendengar curahan hati maupun kritik. Lapang dada menerima koreksi dan kritik terhadapnya. Saya termasuk yang sering melakukannya.
Margiono paham para pengurus PWI datang dari berbagai latar belakang dan pengalaman. Ia tidak menjadikan itu kendala, tetapi dihadapi sebagai kelebihan. Mendengar masukan dan aspirasi seluruh pengurus, dia anggap memudahkan pekerjaannya. Tak percaya? Faktanya banyak hasil rapat PWI yang digodok dalam diskusi para pengurus, tinggal dibungkus Margiono. Tanpa mengeluarkan satu patah kata pun.
Dia mendesain ruang rapat yang besar dan nyaman di kantor PWI Pusat untuk tujuan itu. Agar seluruh komponen pengurus membiasakan diri mengambil keputusan dari mendengan banyak masukan. Caranya, ya itu tadi melibatkan semua komponen ambil peran. Memberi masukan dan pertimbangan.
“Artinya putusan itu adalah tanggung jawab bersama. Tidak ada yang merasa ditinggal,” katanya.
Margiono telah pergi. Rasanya cuma sekejap saja. Semoga almarhum mendapat tempat lapang, nyaman, dan indah di sisi Allah SWT.(***)
Penulis: Ketua Dewan Kehormatan PWI Pusat
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post