Pada masa kejayaan Islam, pendidikan Islam mengalami kecemerlangan yang ditandai dengan tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, majelis ilmu pengetahuan, serta lahirnya ulama dan ilmuwan yang pakar dalam berbagai disiplin pengetahuan.
Cendekiawan Barat, Montgomery Watt, menyatakan, “Cukup beralasan jika kita menyatakan bahwa peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa.” Pendidikan Islam menjadi mercusuar peradaban dan rujukan dunia.
Beberapa lembaga pendidikan Islam kala itu antara lain, Nizhamiyah (1067-1401 M) di Baghdad, Al-Azhar (975 M-sekarang) di Mesir, Al-Qarawiyyin (859 M-sekarang) di Fez, Maroko dan Sankore (989 M-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika.
Lembaga pendidikan Islam ini pun menerima para siswa dari Barat. Paus Sylvester II, sempat menimba ilmu di Universitas Al-Qarawiyyin.
Nah, dengan demikian ibu bisa fokus mendidik anak-anaknya karena negara telah memberikan fasilitas pendidikan yang memadai dan menjamin kebutuhannya dengan cara membebankan tanggung jawab nafkah kepada ayah. Mewujudkan cita-cita menjadi negara maju tidak perlu mengeksploitasi peran ibu, wallahu a’lam bisshowab.(***)
Penulis asal Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara
Jangan lewatkan video populer:
https://youtu.be/PJTk5hEAfyI
Discussion about this post