Penemuan Theodore Verhoeven itu kemudian dilanjutkan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada 1978-1989. Kemudian dilanjutkan melalui kerjasama dengan Universitas New England dan Universitas Wollongong, Australia dari 2001 hingga saat ini.
Penemuan fosil manusia purba yang memiliki nama lain Homo Floresiensis di Liang Bua sempat menggegerkan dunia arkeologi nasional maupun mancanegara. Didalam gua juga terdapat gua-gua kecil hanya dapat diakses dengan cara merangkak sejauh empat meter.
Diperkirakan, gua-gua kecil ini digunakan sebagai tempat untuk sembunyi manusia purba dari gangguan binatang buas.
“Didalam gua juga terdapat lubang sedalam 23 meter. Pernah ada seorang peneliti arkeolog asal Australia yang turun ke lubang ini menggunakan tali dilengkapi tabung oksigen, karena semakin kedalam semakin tipis kadar oksigennya. Dia menemukan juga fosil kerangka lainnya didalam lubang,” beber Ovan.
Lanjut Ovan, sejak 1965 Liang Bua pernah dijadikan tempat untuk kegiatan masyarakat desa Liang Bua seperti kegiatan-kegiatan keagamaan, dan semacamnya. Namun kini sudah tidak pernah lagi dilakukan.
“Fosil asli manusia kerdil dan hewan purba yang ditemukan di Liang Bua saat ini di bawa ke Jakarta untuk dilakukan penelitian lanjutan dan tindakan perawatan benda-benda purbakala,” ungkap Ovan.
“Sementara, fosil manusia kerdil purba atau hobbit kini dibuatkan replika yang di pamerkan di museum Liang Bua terletak tidak jauh dari lokasi gua,” terang Ovan.
Editor: Basisa
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post