“Tinggi manusia kerdil yang ditemukan kira-kira 106 cm, dan ada beberapa kerangka hewan juga ditemukan seperti komodo, gajah purba dan burung Marabou. Saat ini hanya dapat ditemukan di Afrika sementara di Manggarai sini burung itu sudah dinyatakan punah,” kata Ovan kepada tim JKW-PWI berdasarkan keterangan yang diterima oleh Penasultra.id.
Musda XI Hipmi Sultra, Eka Sastra Sebut Pengusaha Adalah Pahlawan https://t.co/lR3v6mrHZm
— Penasultra.id (@penasultra_id) February 27, 2022
Ia menambahkan, dalam bahasa setempat Liang Bua dapat diartikan sebagai gua yang sejuk. Dalam bahasa lokal Liang berarti gua dan bua artinya sejuk. Jadi Liang Bua berarti gua yang sejuk.
Liang Bua pertama kali ditemukan oleh seorang pastur berkebangsaan Belanda saat ini mengajar di Seminari Mataloko Kabupaten Ngada, Flores Tengah bernama Theodore Verhoeven pada 1965 menemukan semacam peralatan rumah tangga.
Penemuan Theodore Verhoeven itu kemudian dilanjutkan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) pada 1978-1989. Kemudian dilanjutkan melalui kerjasama dengan Universitas New England dan Universitas Wollongong, Australia dari 2001 hingga saat ini.
Penemuan fosil manusia purba yang memiliki nama lain Homo Floresiensis di Liang Bua sempat menggegerkan dunia arkeologi nasional maupun mancanegara. Didalam gua juga terdapat gua-gua kecil hanya dapat diakses dengan cara merangkak sejauh empat meter.
Diperkirakan, gua-gua kecil ini digunakan sebagai tempat untuk sembunyi manusia purba dari gangguan binatang buas.
“Didalam gua juga terdapat lubang sedalam 23 meter. Pernah ada seorang peneliti arkeolog asal Australia yang turun ke lubang ini menggunakan tali dilengkapi tabung oksigen, karena semakin kedalam semakin tipis kadar oksigennya. Dia menemukan juga fosil kerangka lainnya didalam lubang,” beber Ovan.
Discussion about this post