PENASULTRAID, KENDARI – Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua menjadi narasumber dalam kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Senin 18 Agustus 2025.
PBAK ini diselenggarakan oleh IAIN Kendari khusus bagi mahasiswa baru tahun akademik 2025/2026 dengan mengusung tema “Gen Z untuk Bangsa: Cerdas, Religius, Inklusif, dan Progresif di Era Disruptif.” Tema tersebut menjadi landasan penguatan budaya akademik dan kemahasiswaan dalam rangka membekali mahasiswa baru menghadapi dinamika global.
Acara ini dihadiri Rektor IAIN Kendari, jajaran dosen dan struktural, serta ratusan mahasiswa baru yang dengan antusias mengikuti setiap sesi.
Dalam pemaparannya, Hugua menegaskan bahwa dukungan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara terhadap transformasi IAIN Kendari menuju Universitas Islam Negeri (UIN) adalah sebuah keniscayaan. Menurutnya, perubahan status kelembagaan tersebut akan memperkuat peran Sultra dalam melahirkan generasi muda yang unggul.
“Mutlak kita perjuangkan bersama agar IAIN Kendari menjadi Universitas Islam Negeri. Hal ini sejalan dengan semangat kita membangun budaya akademik dan budaya kemahasiswaan yang kuat,” ungkapnya.
Hugua kemudian menjelaskan bahwa budaya akademik dan budaya kemahasiswaan merupakan dua hal yang berbeda namun saling melengkapi.
Budaya akademik berbicara soal ilmu pengetahuan, metode pengajaran, dan penelitian yang kemudian diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Sementara budaya kemahasiswaan adalah proses pembentukan kematangan emosional dan karakter selama menempuh pendidikan di kampus.
Menurutnya, pendidikan sejati bukan hanya menghasilkan individu ber-IPK tinggi, tetapi juga manusia yang cerdas secara akal dan tercerahkan secara budi.
“Cerdas dan tercerahkan tidak identik dengan nilai IPK. Cerdas artinya akalnya baik, budinya juga baik. Selain itu, pendidikan harus melahirkan manusia yang sehat jasmani dan rohani. Tidak ada gunanya seseorang menjadi profesor atau pejabat tinggi jika kesehatannya terganggu,” jelas Hugua.
Ia menekankan pentingnya kematangan emosional sebagai bekal menghadapi kehidupan nyata. Mengutip pemikiran motivator dunia Tony Robbins, Hugua menyampaikan bahwa kesuksesan seseorang 80 persen ditentukan oleh kematangan emosional, sedangkan 20 persen sisanya oleh logika berpikir.
“Ilmu pengetahuan yang anda baca di buku hanya memberi kontribusi sekitar 20 persen. Selebihnya, 80 persen ditentukan oleh kemampuan anda mengelola emosi, bertahan di lumpur kehidupan, dan menghadapi dinamika dunia nyata,” tuturnya.
Discussion about this post