PENASULTRA.ID, KENDARI - Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Sulawesi Tenggara (Sultra), Jaelani dinilai memberikan kejutan pada pemilihan umum (Pemilu) 2024. Kejutan itu muncul usai namanya masuk dalam 6 besar calon anggota legislatif (caleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI berdasarkan quick count lembaga survei The Haluoleo Institute (THI). Dalam quick count itu, PKB berada di peringkat lima perolehan kursi DPR RI daerah pemilihan (dapil) Sultra. Jaelani merupakan caleg yang banyak menyumbangkan suara untuk PKB dengan kurang lebih 77,67 persen. "Tentu ini mengejutkan dan tidak diperkirakan oleh elit politik lain. Bahkan mampu mengalahkan perolehan suara Golkar yang diisi oleh Ridwan Bae, notabene incumbent, serta partai lain yang tidak masuk 6 besar," kata Salah satu dosen Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, La Ode Efrianto. Merujuk dari quick count THI, Efrianto menyebut, ada tiga partai yang tidak lolos 6 besar, namun memiliki caleg potensial seperti PAN, PKS dan PPP. Di PAN ada Ketua DPRD Sultra, Abdurrahman Saleh, PKS ada La Ode Ida yang juga mantan anggota DPD RI serta PPP ada mantan Pangdam, Andi Sumangerukka. "Selain mengalahkan suara Golkar, PKB juga mampu menyisihkan PAN, PKS dan PPP di enam besar," ujar Efrianto. Menurutnya, tiga nama yang tersisih dalam perebutan kursi itu tentunya memiliki latar belakang, nama besar serta materi yang lebih mentereng dibandingkan Jaelani. Namun, Jaelani membuktikan bahwa kemenangan dalam politik tidak hanya ditentukan oleh satu indikator saja, melainkan beragam indikator. Ada banyak indikator sehingga suara Jaelani membeludak di 17 kabupaten dan kota di Sultra. Pertama, kata Efrianto, Jaelani adalah politisi muda yang mampu menggaet anak-anak muda menjadi tim suksesnya hingga di akar rumput. "Sepertinya, figur Jaelani ini pintar membentuk kekuatan tim yang rapi bekerja. Berdasarkan real count KPU yang terus diupdate, suara Jaelani ada di setiap TPS. Ini artinya, timnya ada hingga di berbagai TPS," beber Efrianto. Kedua, Jaelani selalu mengangkat isu desa. Dimana, kata dia, desa adalah basis pemilih yang paling mendasar. Menurut dia, jika calon anggota legislatif melakukan kunjungan langsung di desa-desa, sudah pasti akan berdampak pada elektoralnya. Lalu ketiga, Jaelani memanfaatkan media sosial, khususnya Youtube untuk mempopulerkan potensi desa yang dikunjunginya. Pemanfaatan media sosial di setiap kunjungan, apalagi mengangkat potensi desa, menjadi kredit poin bagi seorang politisi. "Setelah kami melakukan kajian, ternyata konten-konten yang lebih humanis ini bikin seorang politisi makin dekat dengan pemilihnya. Positifnya, pak Jaelani memulai konten itu jauh sebelum momen politik," Efrianto menambahkan. Diketahui, selain menjadi politisi, Jaelani juga aktif sebagai pegiat desa. Selalu memperjuangkan kepentingan desa, salah satunya memperjuangkan anggaran desa Rp5 miliar. Keempat, lanjut Efrianto, Jaelani mampu menjahit tim menjadi kekuatan yang lebih solid dan militan. Sosoknya yang masih muda, memudahkan dirinya menggaet kawula muda untuk bergabung dalam timnya. Berdasarkan data real count KPU pada 17 Februari 2024, pukul 19.50 Wita, PKB sudah meraup 79.670 suara. Jaelani menyumbang 65.654 suara. Potensi penambahan suara masih akan terus berlanjut karena data yang masuk baru 63 persen lebih dari seluruh TPS di Sultra. "Artinya relevan dengan survei THI bahwa perolehan suara PKB masuk 5 besar. Saat ini, pak Jaelani memimpin perolehan suara caleg dari seluruh caleg DPR RI dapil Sultra," tutur Efrianto. Ia mengatakan, perolehan suara Jaelani ini mematahkan pandangan politik selama ini bahwa yang bisa memenangkan pertarungan elektoral adalah mereka yang memiliki trah kekuasaan, materi hingga nama besar. Munculnya nama Jaelani dalam percaturan politik di Sultra menegaskan bahwa PKB tidak bisa lagi dinilai sebagai partai menengah. Terlebih, Jaelani masih berusia muda. Memiliki potensi yang sangat besar di Sultra dan bagian dari aset politik bagi tanah kelahirannya, di Muna. "Kita tahu, politisi di Muna sudah kebanyakan memiliki usia di atas 60 tahun. Dengan munculnya Jaelani ini, ada regenerasi politisi dan bisa mewarnai perpolitikan di Sulawesi Tenggara nantinya," Efrianto memungkas. Penulis: Yeni Marinda Jangan lewatkan video populer: https://youtu.be/bMKUIf8AzTk?si=m3dnLQ4y_g7a6bSl
Discussion about this post