“Saat ini untuk menghasilkan karya lagu telah tersedia software yang memudahkan untuk melakukan aransemen lagu dan rekaman tanpa harus dengan pemain band secara live. Bahkan bisa memainkan sebuah lagu dalam waktu bersamaan oleh pemain alat musik dari berbagai belahan dunia termasuk konser live streaming,” kata Igat.
Igat menerangkan, digitalisasi musik kini telah banyak melahirkan karya-karya musik yang tidak lagi melalui perangkat compact disk karena tersedia berbagai platform musik digital yang dapat diakses dan diunduh dengan mudah melalui gawai (handphone).
“Dengan bantuan artifisial intelijen (AI), kita dapat menulis lagu hanya dengan menulis tema yang kita kehendaki,” ujarnya.
Bahkan menurut Igat, teknologi AI juga dapat memanipulasi suara orang sebagai penyanyi, seperti beberapa lagu yang sedang viral di medsos.
“Seperti beberapa lagu yang seolah-olah dinyanyikan oleh Presiden Jokowi, padahal dibuat dengan teknologi Artificial Intelligence atau AI,” imbuhnya.
Namun Igat mengingatkan, disrupsi teknologi tak akan mampu menggantikan emosi/perasaan manusia dalam berkreatifitas untuk memproduksi ide-ide.
“Perkembangan teknologi digital juga mendorong kreatifitas dalam videografi baik untuk kepentingan personal branding maupun promosi produk. Pemilihan lagu sebagai back song dapat memperkuat pencitraan visual tersebut. Sehingga bukan mustahil sebuah lagu menjadi viral bukan karena penyanyi/grup bandnya terkenal atau bukan karena kualitas komposisi musiknya atau kekuatan liriknya namun karena lagu tersebut mampu mengajak audiens tergerak untuk merepost, memberi like dan share (membagikan),” kata igat.
Selain itu, mempertegas apa yang disampaikan Igat, Wahyu Cahyono (Owno) juga menyampaikan bahwa Indonesia sangat kaya dengan keragaman musik etnik. Perpaduan berbagai genre musik dengan musik tradisional akan menghasilkan karya musik yang berkarakter keindonesiaan sehingga dapat menguatkan nasionalisme dan kebanggaan nasional.
Discussion about this post