Oleh: H Samiadji Makin Rahmat
Dinginnya hawa kota Madinah, sekitar 10 ‘C yang cukup ekstrim, tidak menyurutkan niat kami untuk ziarah ahlul Baqi.
Assalamualaikum darra qaumin mukminina wa atakum maa tuu’aduna ghadan mu’ajjalina wa inna InshaAllah bikum laahiquuna, allahumnaghfir li ahli Baqii’il ghorqod.
Usai salat Subuh, Al faqir bersama jamaah berencana ziarah ke makam Baqi. Areal makam mungkin terluas di dunia, catatan data menyebut 175.000 meter persegi (M2).
Antrian panjang jamaah pria mengular di sebelah Masjid Nabawi Madinah, tepatnya areal Gate 360 atau 362 untuk berziarah di makam Baqi dulu hanya seluas 80 M2.
Saat Al Faqir haji tahun 1999, bersamaan dengan 100 tahun Kerajaan Saudi Arabia, luas kawasan Jannatul Baqi tidak sampai 5 Ha (50.000 M2). Di seputaran Baqi berjejer hotel dan pedagang kaki lima, termasuk pasar kurma. Perlahan tapi pasti, perluasan makam harus menggusur hotel dan kawasan bisnis.
Tentu sangat bertolak belakang dengan di Indonesia. Banyak areal makam di tengah kota, karena perkembangan site plan menjadi metropolis harus tergusur diruislag.
Kembali pada perkembangan makam Baqi, disebut Jannatul Baqi (kawasan surga Baqi) adalah areal pemakaman terbesar yang terletak di Madinah menampung lebih 10.000 sahabat Nabi SAW. Hingga saat ini, termasuk jamaah haji dan umrah.
Sayangnya, sangat mustahil untuk mengidentifikasi nama makam-makam saat ini karena tidak ada tanda yang memastikan nisan milik siapa. Sepintas diyakini ada makam Sayyidah Siti Aisyah dan agak berjauhan areal makam Sayidina Ustman bin Affan.
Sedikit informasi, keberadaan makam Baqi tidak lepas dari kondisi dan kebijakan penguasa. Saat era Muawiyah, Umar bin Abdul Aziz hingga Turki Usmani, nama-nama yang memiliki jasa besar dalam syiar Islam, diberi gapura atau ornamen khusus. Sehingga bisa mengetahui tentang profil dan petilasan.
Nama Al Baqi sendiri memiliki arti Allah Maha Abadi, bermakna bahwa Allah tidak memiliki awal maupun akhir.
Discussion about this post