Jenderal Dudung dan istri berkesempatan menabur bunga hingga melihat koleksi peninggalan Sunan Giri saat menyebarkan ajaran Islam di Gresik. Misalnya saja surban, sajadah, Alquran, rebana, Keris Kalam Munyeng, dan pelana kuda. Koleksi lainnya adalah benda-benda hibah dari Eropa dan Cina.
Kemudian, Jenderal Dudung beserta rombongan menuju Masjid Syekh Maulana Malik Ibrahim di Desa Leran, Manyar. Jenderal Dudung pun menjadi imam Salat Magrib di Masjid yang dibangun tahun 1389 Masehi- disebut-sebut menjadi masjid tertua di Tanah Jawa.
Sebelumnya, Jenderal Dudung memberikan donasi untuk membantu kelancaran pembangunan masjid di asrama milik Yonif Mekanis 516/CY, Desa Wedoroanom, Kecamatan Driyorejo, Kabupaten Gresik.
Semula bapak dari drg. Nadine Aqmarina Setyaningsih, dr. Nina Bonita Hasanah dan Koptar Muhammad Akbar Abdurachman tersebut hadir dalam rangka meninjau pembangunan asrama. Namun setelah berkeliling, Jenderal Dudung melihat para prajurit yang tengah bekerja seperti membuat adukan semen manual, merakit pondasi, hingga menyusun dan mengangkat-angkat batu.
“Kira-kira berapa lama lagi ini jadinya? Apa masih butuh tambahan biaya, coba sebutkan,” tanya alumnus Akmil 1988 tersebut kepada salah satu pekerja di lokasi.
“Apakah kamu memiliki pengalaman dalam membuat bangunan? Latar belakang kamu apa, dari Zeni? Semoga cepat selesai dan bisa bermanfaat. Baik ini saya bantu Rp200 juta ya,” sambung Dudung.
Lebih jauh, suami dari Rahma Setyaningsih tersebut berpesan supaya masjid diberi nama Ar-Rahman. Sebagai catatan, yang artinya berarti menebarkan kasih bagi seluruh alam.
“Nama Ar-Rahman artinya Maha Pengasih. Begitu juga keberadaan Islam di bumi, sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam. Seperti Abdurachman, nama saya,” imbuhnya sambil melanjutkan peninjauan bagian dalam rumah para prajurit.
Discussion about this post