Ya Allah…kadang-kadang saya ini lupa kalau ada juga rupanya yang mengenal saya. Kami lalu janjian bertemu ba’da Isya di ICM, Kendari.
Makin istimewa lagi, saat kami bertemu ternyata saya diajak ngobrol di ruang kerja pemimpin ICM Kendari, Ustad Zezen Zainal Mursalin.
Dua jam saya di ruangan tesebut, bercerita banyak hal dengan Ustad Fahmi sembari sesekali mendengar juga kisah-kisah seru dari Ustad Zezen. Ketika berada di hadapan dua orang alim dan berilmu, aura mereka memang beda. Bercahaya sekali, beda dengan wajah saya.
Di ICM itulah saya tahu jika ustad Fahmi benar-benar dari Kabaena. Pendidikan dasar dan menengah pertamanya ia selesaikan di Toli-toli. Setelahnya ia ke Malang, belajar di Pesantren Daruttauhid.
View this post on Instagram
Dari Malang, ia hijrah ke Jakarta, menimba ilmu di Lembaga Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), lembaga di bawah naungan Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Riyadh. Dari Jakarta, ia kemudian memperdalam ilmu agamanya untuk level setingkat magister di kampus Islamic University of Madinah.
“2013 saya pulang ke Kabaena, bertemu keluarga dan menikah. Lalu kembali lagi ke Madinah menuntaskan studi, dan 2017 pulang kampung,” kisahnya.
Saat menyebut nama istri dan mertuanya, saya langsung mahfum. Mertua perempuan ustad Fahmi adalah guru saya saat di SD. Istrinya adalah cucu dari pembawa syiar Islam pertama di Kabaena, Kyai Haji Daud. Ini bukan keluarga biasa.
Setelah pulang kampung itulah dia mulai berpikir untuk melakukan sesuatu bagi daerahnya. Amatan pertamanya, banyak remaja dan anak-anak melakukan aktivitas tak berfaedah yang potensi ke arah pelanggaran hukum. Ia memilih jalur agama Islam, seperti ilmu yang ia kuasai.
Hal pertama yang ia pikirkan adalah membuat tempat khusus mereka yang ingin belajar menghafal Alquran. Rumah sang nenek di Teomokole ia sulap jadi tempat belajar.
“Itu 2018, ternyata sambutannya luar biasa. Mereka yang masih tahap membaca alias Iqra, belajarnya di masjid. Guru mengaji di kampung masih ada. Saya hanya fokus di hafalan saja,” tutur suami dari seorang dokter di Puskesmas Kabaena ini.
Kelahiran Rumah Quran di Teomokole, ternyata menginspirasi desa lain untuk membuka hal serupa. Sepanjang ada tempat dan ada yang bersedia jadi instruktur, sila dibangun.
Discussion about this post