PENASULTRAID, BANDUNG – Kedeputian Bidang Pengendalian Penduduk (Dalduk) selama empat hari, mulai 9-12 September 2024 menggelar rapat koordinasi teknis (Rakortek) program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) di Grand Sunshine Resort and Convention Soreang, Bandung, Jawa Barat (Jabar).
Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengutus Ketua Tim Kerja Pengendalian Penduduknya, Sudirman untuk menghadiri kegiatan tersebut.
Dari ajang Rakortek II itu, ada kabar yang sangat menggembirakan bagi jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra karena disela-sela acara pembukaan diumumkan provinsi mana saja yang telah banyak menyusun Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK)-nya. Sultra berhasil meraih juara II nasional dari 38 provinsi se Indonesia.
Menurut Ketua Tim Kerja Hubungan Antar Lembaga, Advokasi KIE dan Humas (Halakiemas) BKKBN Sultra, Dr H. Mustakim yang selama ini berperan aktif dalam melakukan advokasi ke pemprov, pemkab dan pemkot dalam penyusunan GDPK, membocorkan sejumlah kiat untuk menyukseskan penyusunan GDPK di Sultra.
Pertama, keberanian yang harus dimiliki saat memberikan advokasi ke Pemda.
“Advokasi tidak hanya sebatas kepada Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (DPPKB) saja, harus ke Bappeda, Sekda dan bila belum cukup ya ke bupatinya juga,” kata Mustakim, Rabu 11 September 2024.
Kedua, beri alternatif jalan agar kabupaten/kota yang minim APBD bisa menyusun GDPK dengan “anggaran minimal tapi hasil maksimal”. Untuk hal ini, Mustakim mengaku berusaha menggandeng dan meyakinkan beberapa dosen yang punya kapasitas dalam penyusunan GDPK agar mau dengan biaya 30 persen dan keikhlasan 70 persen.
Ketiga, yakinkan Pemprov agar turut menyiapkan anggaran advokasi KIE ke kabupaten/kota yang belum menyusun GDPK.
“Dengan cara ini, BKKBN Perwakilan menjadi sangat terbantu dalam upaya advokasi ke para pimpinan tingkat kabupaten/kota agar segera menyusun GDPK,” ujar Mustakim.
Selanjutnya, yang keempat, hadapi tantangan dengan jiwa besar. Kadang tantangan muncul dari internal organisasi sendiri. Seperti yang pernah dialami Mustakim saat melakukan advokasi atau seminar penyusunan GDPK ke kabupaten/kota.
Mustakim seringkali harus naik angkutan umum atau kendaraan pribadi ke kabupaten/kota ketika yang dikerjakannya dianggap “bukan pekerjaan kantor” hanya karena tidak dibiayai dari anggaran/DIPA kantor.
Discussion about this post