Sandiaga mengungkapkan, ADWI 2022 diharapkan mampu meningkatkan potensi-potensi yang ada sehingga membuka peluang usaha dan lapangan kerja bagi warga Kampung Tua Bakau Serip.
“Saya yakin ini adalah bagian dari tatanan ekonomi baru pascapandemi di mana kita bisa membuka peluang usaha, terutama yang berpihak kepada UMKM dibarengi dengan digitalisasi. Dan ini nanti diharapkan bisa membuka lapangan kerja seluas-luasnya,” katanya.
Konsep ekowisata ramah lingkungan di Kampung Tua Bakau Serip ini sejalan dengan upaya pengembangan pariwisata nasional pascapandemi COVID-19 yang berkelanjutan lingkungan dan berbasis komunitas. Sehingga nantinya desa wisata bisa menjadi garda terdepan dari pariwisata berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia.
“Pariwisata kita ke depan adalah pariwisata yang berbasis kualitas dan berkelanjutan. Jadi ini sesuai dengan apa yang akan kami sampaikan di rangkaian kegiatan G20 bahwa pariwisata Indonesia adalah pariwisata yang berkualitas, berkelanjutan, berbasis komunitas,” ujar Sandiaga.
Perwakilan pengelola Kampung Tua Bakau Serip, Gery mengatakan, awalnya kawasan ini merupakan tempat pembuangan sampah yang kemudian dengan pendekatan ekowisata dapat dimaksimalkan menjadi desa wisata tepatnya pada 2018.
“Dulunya desa ini adalah tempat pembuangan sampah. Namun akhirnya kami mengubah desa ini menjadi desa wisata karena berawal dari hati bagaimana kami sebagai warga Kampung Tua Bakau Serip menjaga dan melestarikan mangrove di pesisir Kota Batam ini,” kata Gery.
Discussion about this post