Dari itu, perjuangan Kartini banyak dianggap sebagai pahlawan, khususnya bagi wanita. Karena besarnya jasa-jasa beliau dalam memperjuangkan pendidikan perempuan, yang pada masa itu tak banyak yang dapat mengenyam pendidikan, apalagi hingga berpendidikan tinggi.
Hanya saja tak sedikit perjuangannya dianggap pula sebagai bentuk emansipasi wanita atau persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, yang banyak didengung-dengungkan oleh para aktivis feminis saat ini, tak terkecuali oleh sebagian masyarakat. Terlebih oleh kalangan feminis ajaran Islam tak jarang dianggap melakukan diskriminasi terhadap wanita.
Padahal jika menengok tentang pandangan feminisme (gerakan wanita yang menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria) tentu tak mungkin disamakan dalam segala hal. Karena ada hal-hal yang tidak mungkin keduanya didudukan atau disamakan dalam semua aspek. Sebab, bila dilihat dari segi fitrah atara wanita dan pria tentu tidak mungkin sama dan tidak akan pernah sama.
Pun pandangan feminisme merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bagaimana pandangan barat pada masa silam yang memperlakukan wanita jauh dari yang seharusnya mereka dapatkan atau adanya diskriminasi terhadap mereka. Ditambah lagi dengan adanya paham kebebasan yang terdapat dalam sistem kapitalisme.
Sementara itu, jauh sebelumnya Islam sudah memuliakan kedudukan wanita dan memiliki hak-hak yang sama dengan pria, selama tak bertentangan dengan fitrah dan hukum syara. Bukan mencakup seluruh aspek kehidupan, namum mesti sejalan dengan hukum-hukum-Nya.
Seperti Ghaziyah binti Jabir bin Hakim ad-Dausiyyah, atau lebih dikenal dengan gelar Ummu Syuraik. Ia adalah salah seorang wanita Quraisy yang berasal dari kabilah Ghathafan yang sangat disegani oleh bangsa arab kala itu. Wanita ini mempunyai andil besar dalam dakwah, terutama pada awal masa kemunculannya.
Kecintaan dan keimanan yang membaja membuat Ummu Syuraik membaktikan hidupnya untuk mengibarkan panji-panji Islam. Keadaan dirinya yang hanya seorang perempuan tidak membuatnya terkungkung dan terhalang dalam dakwah, bahkan hal itu menjadi keuntungan baginya.
Begitu pun Asma’ binti Yazid bin Sakan bin Rafi’ bin Imri’il Qais bin Abdul Asyhal bin Haris Al-Anshariyah Al Ausiyyah Al Asyhaliyah shahabiyah Anshar yang pertama masuk Islam yang keilmuannya sangat luas. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abdil Barr bahwa Asma’ adalah seorang wanita yang cerdas dan bagus agamanya.
Discussion about this post