<strong>PENASULTRA.ID, WAKATOBI</strong> - Berkunjung ke suatu daya tarik wisata (DTW) rasanya kurang lengkap bila belum mencoba makanan khas daerah tersebut. Ke Wakatobi misalnya. Salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ini selain memiliki banyak daya tarik wisata alam, juga memiliki beragam makanan khas yang menggugah selera. Makanan khas pulau yang dikenal dengan keindahan bawah lautnya ini adalah Soami, Kasoami atau Kasuami. Panganan ini adalah masakan khas Sultra yang biasa dikonsumsi orang di wilayah Buton, Muna, dan Wakatobi. Orang Wakatobi menyebutnya Soami atau Kasoami sementara orang Buton dan Muna menyebutnya Kasuami. Namun, umumnya makanan tersebut memiliki bentuk yang sama, yaitu menyerupai tumpeng dan berwarna putih kekuning-kuningan. Soami memiliki arti makanan dari ubi kayu (kaopi) atau singkong yang diolah dengan uap panas (soa). Soami kerap dikonsumsi sebagai makanan pengganti nasi. Kelebihan Soami adalah karena makanan tersebut tidak mudah basi. Sebab, bisa bertahan lama dan dapat dikonsumsi hingga 14 sampai 20 hari. Tapi jika singkong parut yang digunakan belum dikukus, Soami bisa bertahan hingga 30 hari. [caption id="attachment_73223" align="alignnone" width="1080"]<img class="size-full wp-image-73223" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2024/11/Kasoami-Tumpeng-Putih-Khas-Wakatobi-yang-Menggoda-Selera.jpg" alt="Kasoami. Foto: Kecipir" width="1080" height="689" /> Kasoami. Foto: Kecipir[/caption] <strong>Cara Pembuatan Kasoami</strong> Samsia, salah seorang pembuat Kasoami atau Soami yang tinggal di Kelurahan Mandati, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan mengatakan, membuat Soami cukup mudah dan sederhana. Pertama siapkan ubi kayu. Kupas kulit ubi kayu lalu cuci hingga bersih kemudian diparut atau digiling dengan mesin parutan layaknya memarut kelapa. Bungkus hasil gilingan dengan menggunakan kain atau karung yang bersih agar produk parutan tetap higienis. Lakukan penindisan untuk mengurangi serta meniadakan kadar air ubi kayu. "Biarkan selama 1 sampai 3 jam hingga air benar-benar kering," kata Samsia, Rabu 13 November 2024. Selanjutnya hancurkan kaopi atau ubi kayu menggunakan tangan dengan cara mengelus-elusnya. Saringlah ubi kayu menggunakan saringan dari anyaman bambu dengan ukuran kira-kira 0.3 cm. Hal ini bertujuan untuk mempercepat proses pemasakan Soami. Lalu, masukkan ke dalam kulit kukusan berbentuk kerucut yang terbuat dari anyaman daun kelapa. Kemudian masukkan ke dalam periuk kukusan untuk dikukus. Tunggu hingga partikel-partikel produk terebut menyatu dan terasa kental jika ditusuk yang menandakan kalau Soami telah matang dan siap dihidangkan. <strong>Varian Kasoami</strong> Menurut warga Wakatobi, Kasoami melambangkan persaudaraan dan kedekatan. Oleh karena itu, makanan ini biasanya disajikan pada acara-acara besar seperti pesta atau untuk menyambut kerabat yang pulang kampung. Sampai saat ini Kasoami masih menjadi makanan pokok dan biasa disajikan begitu saja. Ada beberapa varian Kasoami, bila dicetak dalam wadah seperti tumpeng disebut soami tugu. Bila adonan singkong dicampur kelapa maka disebut soami kaluku, sedangkan soami yang lebih lembut disebut Soami Pepe. Soami Pepe dijual dalam bentuk seperti bolu gulung dan proses pembuatannya agak berbeda dengan Soami pada umumnya. Sebelum dikukus, tepung parutan singkong dicampur dengan minyak kelapa dan sedikit garam. Setelah selesai, adonan dipipihkan dengan cara di pukul-pukul. Proses pemipihan adonan ini disebut dengan istilah dalam Bahasa Wakatobi Pepe, atas dasar inilah mengapa namanya disebut Kasoami Pepe. Selanjutnya jajanan sarapan pagi ini digulung. Namun saat digulung, harus menyiapkan bawang yang sudah digoreng. Bawang goreng secukupnya diletakkan di tengah wadah gulungan, selanjutnya digulung bersamaan Kasuami Pepe. "Bawang goreng tadi selain menambah cita rasa dan aroma yang berbeda, juga menjadi hiasan di atas Kasuami Pepe. Dibungkus dengan plastik bening," kata pembuat Soami Pepe di Kecamatan Wangi-Wangi, Wa Rati. [caption id="attachment_73224" align="alignnone" width="1182"]<img class="size-full wp-image-73224" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2024/11/Kasoami-Tumpeng-Putih-Khas-Wakatobi-yang-Menggoda-Selera3.jpg" alt="Kasoami Pepe. Foto: Yeni Marinda/Penasultra.id" width="1182" height="695" /> Kasoami Pepe. Foto: Yeni Marinda/Penasultra.id[/caption] <strong>Pemasaran Kasoami</strong> Kasoami sangat mudah didapatkan di seluruh pulau di Wakatobi, entah itu di Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia, bahkan Binongko. Karena makanan ini menjadi makanan favorit masyarakat di sana. Di Wangi-Wangi Kasoami cukup mudah ditemukan karena selain di pasar tradisional, pasar malam dan pelabuhan, di halaman warga juga banyak ditemukan ibu-ibu menjual Soami. "Saya menjualnya diharga Rp5 ribu sampai Rp10 ribu," beber Wa Rati. Masyarakat Wakatobi kerap menyebut Kasoami sebagai pasangan dari setiap makanan hasil olahan ikan dengan alasan bahwa dua makanan tersebut adalah pasangan yang sangat serasi jika dinikmati secara bersamaan. "Biasa di makan dengan ikan Parende, ikan panggang, sayur bening dan lainnya," tutur Wa Rati.<strong>(Adv/*)</strong> <strong>Penulis: Yeni Marinda</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://www.youtube.com/watch?v=xdNHnPZw4PI&t=5s
Discussion about this post