Buah Jatuh tak Jauh dari Pohonnya
Didikan dari kedua orang tua menjadi modal utama Ipda Afdhal Ananda Tomakati, S.Tr.K memantapkan diri untuk menggapai cita-citanya sedari kecil.
Ungkapan buah jatuh tak jauh dari pohonnya sepertinya cocok dalam kehidupan Afdhal.
Bagi La Ode Surahman dan Siti Amaliah Kurniati, pencapaian tertinggi Afdhal merupakan satu pelengkap keluarga besar mereka yang menyandang abdi negara dalam bingkai korps Bhayangkara.
Sebelum Afdhal, kakak tertuanya bernama Larwanda Agung Maulana telah lebih dahulu mencatatkan namanya sebagai lulusan Akpol. Larwanda dilantik menjadi perwira polisi pada 2021 dengan pangkat pertama Ipda.
Saat ini, Larwanda bertugas di Polda Kalimantan Utara (Kaltara) sebagai Kanit Turjawali Satlantas Polres Nunukan.
Sang ayah, La Ode Surahman sendiri, diketahui bukanlah orang sembarangan. Ia merupakan seorang polisi yang sejak 2016 lalu telah menyandang pangkat Komisaris Polisi atau Kompol.
Jalan terjal bapak empat anak kelahiran Wanci, Kabupaten Wakatobi 29 Oktober 1973 itu memang tak semulus seperti perjuangan kedua putranya yang langsung mengemban tugas perwira. Surahman diketahui memulai karirnya dari bawah dengan lulus seleksi Bintara Polisi umum pada 1993.
Usai menyandang pangkat perwira, Surahman mendapat amanah di kampung halamannya menjadi Kapolsek Tomia mulai 2005 hingga 2007. Kemudian, di 2021 hingga 2022, ia dipercaya menjabat Wakapolres Muna.
Berkat dedikasi serta pengabdiannya yang tinggi pada bangsa dan negara, Surahman saat ini tercatat mengemban tugas sebagai Kabag Fasilitas dan Konstruksi (Faskon) Biro Logistik Polda Sultra.
“Mereka (Larwanda dan Afdhal) punya semangat dan kemauan yang tinggi serta gigih dalam berlatih, belajar, termasuk berdoa. Jadi murni dari kemauan mereka. Justru itu salah satu faktor yang mungkin membuat mereka sampai ke titik ini,” kata Surahman.
Jejak Anak Seribu Pulau
Kegigihan tak kenal lelah Ipda Larwanda Agung Maulana, S.Tr.K dan Ipda Afdhal Ananda Tomakati, S.Tr.K benar-benar turun dari ketangguhan sosok sang ayah, Kompol La Ode Surahman.
Surahman diketahui merupakan anak ke 4 dari 8 bersaudara. Ia terlahir dari keluarga yang sangat sederhana di sebuah kabupaten berjuluk negerinya anak seribu pulau.
La Mani, –sapaan karib Surahman– memang sejak di bangku sekolah dasar sudah dikenal gigih mencari nafkah sendiri.
Ia tak pernah canggung harus bekerja keras ditengah terik matahari hanya untuk mengisi pasir di atas sebuah sampan yang selanjutnya ditampung di pesisir pantai di dekat rumah tinggalnya. Dari situ, La Mani memperoleh rupiah usai tumpukan pasirnya dibeli oleh warga yang membutuhkan.
Kerasnya kehidupan di Kabupaten Wakatobi dahulu memang tidak seperti saat ini.
Discussion about this post