Kuntoro menyatakan upaya hilirisasi penting dilakukan untuk memberikan nilai tambah bagi produk pertanian yang akan diekspor. Melalui penguatan hilirisasi, diharapkan komoditas yang diekspor tidak lagi berbahan baku, tapi berbentuk produk turunan atau barang jadi.
“Dengan begitu, produk ekspor kita memiliki nilai yang lebih tinggi,” katanya.
Kuntoro menjelaskan dibandingkan minyak nabati dari bahan dasar lainnya, minyak kelapa sawit menjadi produk yang paling diminati oleh masyarakat. Perkembangan industri minyak nabati di Indonesia dalam 20 tahun terakhir sangat pesat seiring dengan pertumbuhan industri kelapa sawit di Indonesia.
Ia juga mengatakan dari segi ekspor pada sektor pertanian, komoditas kelapa sawit menjadi motor penggerak untuk penerimaan devisa negara. Perkebunan menjadi subsektor yang berkontribusi paling besar terhadap total ekspor pertanian.
Menurut Kuntoro, sebesar 96,86 persen dari total nilai ekspor pertanian berasal dari komoditas perkebunan terutama kelapa sawit dengan porsi mencapai 73,83 persen.
“Indonesia merupakan salah satu penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia dengan luas tutupan lahan kelapa sawit sebesar 16,38 juta hektar dan produksi 46,8 juta ton CPO,” jelas Kuntoro.
Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Ahmad Maulizal Sutawijaya menyatakan peran industri kelapa sawit terhadap perekonomian nasional hingga saat ini belum tergantikan. Hal ini dapat terlihat dari berbagai aspek diantaranya industri sawit sudah menyerap sedikitnya 16 juta tenaga kerja.
Discussion about this post