PENASULTRA.ID, SEMARANG – Ketua Umum (Ketum) Front Nelayan Indonesia (FNI) Rusdianto Samawa secara lugas menantang para calon presiden dan calon wakil presiden (Capres-Cawapres) 2024 yang ada saat ini untuk berani menggoyang dunia.
Pasalnya, menurut Rusdianto, Indonesia yang akan mereka pimpin nanti dapat menjadi negara yang kuat dengan memanfaatkan keuntungan letak geografis, berupa lima selat Tanah Air yang menjadi jalan lalu lintas perdagangan global.
“Jalur-jalur itu semua jadi kunci Indonesia. Indonesia di atas Tiongkok. Tiongkok negara besar, tapi digertak sekali bisa roboh kalah, karena lima selat yang ada di Indonesia memegang kunci perdagangan dunia,” ungkap Rusdianto dalam diskusi di Ruang Seminar Sekolah Pascasarjana UMS pada Senin 18 Desember 2023.
Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Marcomm Editor Surakarta Daily, Dzikrina Aqsha Mahardika itu, Rusdianto membeberkan bahwa di masa silam, Jalur Rempah Maritim (JRM) merupakan episentrum kekuatan perekonomian dunia.
Secara geografis, kata dia, membentang di sejumlah kepulauan di Indonesia. Di antaranya, selat Sunda, selat Lombok, selat Malaka, selat Bali, selat Madura, tembus Eropa, Timur Tengah, Afrika, Teluk Persia, Laut Merah, Teluk Aden hingga Eropa melewati Samudra Hindia. Kemudian lanjut ke Asia Timur (Tiongkok).
JRM Indonesia pun perluas jangkauannya hingga Asia, Afrika Timur, Asia Barat dan Eropa. JRM diketahui lebih ada jauh sebelum Jalur Sutra Maritim (JSM) Tiongkok.
Dikatakannya, Indonesia secara geopolitik dan geoekonomi berpotensi menjadi negara pengontrol dunia. Tentu syaratnya kuasai JRM untuk maksimalkan seluruh agenda kebijakan ekonomi. Bayangkan, JRM mencakup seluruh wilayah perairan Asia Tenggara. Masa silam hingga sekarang dalam rute pelayaran dan perdagangan internasional.
“Kebayang ngak? Tiongkok walaupun banyak berikan utang ke Indonesia, tak masalah. Karena, Indonesia tetap bisa bayar hanya dengan gertakan. Tiongkok langsung Nyungsep. Caranya, pagari lima selat Indonesia yakni selat Sunda, selat Lombok, selat Malaka, selat Bali, selat Madura. Yang masalah, ketika Indonesia tak berani gertak Tiongkok. Lain masalah. Tak bisa bayar utang,” beber Rusdianto.
Rusdianto lantas menyebut bahwa Tiongkok dan Australia apabila hendak ke Eropa, pasti lewat Selat Malaka, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik.
Discussion about this post