Dikatakannya, Indonesia secara geopolitik dan geoekonomi berpotensi menjadi negara pengontrol dunia. Tentu syaratnya kuasai JRM untuk maksimalkan seluruh agenda kebijakan ekonomi. Bayangkan, JRM mencakup seluruh wilayah perairan Asia Tenggara. Masa silam hingga sekarang dalam rute pelayaran dan perdagangan internasional.
“Kebayang ngak? Tiongkok walaupun banyak berikan utang ke Indonesia, tak masalah. Karena, Indonesia tetap bisa bayar hanya dengan gertakan. Tiongkok langsung Nyungsep. Caranya, pagari lima selat Indonesia yakni selat Sunda, selat Lombok, selat Malaka, selat Bali, selat Madura. Yang masalah, ketika Indonesia tak berani gertak Tiongkok. Lain masalah. Tak bisa bayar utang,” beber Rusdianto.
Rusdianto lantas menyebut bahwa Tiongkok dan Australia apabila hendak ke Eropa, pasti lewat Selat Malaka, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik.
“Nah pertanyaannya, berani tidak, Capres-Cawapres menguatkan poros maritim dunia? Mampu tidak menggoyang dan mengontrol dunia?. Namun, calon presiden mana yang berani berjanji dan menggoyang dunia dengan masa depan ini?. Tentu, tidak sekedar gertakan. Tetapi butuh kekuatan diplomasi, pertahanan dan keamanan. Karena siap-siap menerima resiko embargo,” jelas Rusdianto.
Rusdianto blak-blakan menyampaikan bahwa seluruh negara di dunia ini pasti membutuhkan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi dunia yang mengusung JRM. Apalagi Tiongkok pasti bertekad tetap kolaborasi dan berkepentingan besar dengan Indonesia.
Indonesia, menurutnya, lebih kuat atas problem batas maritim yang telah tetapkan perairan ZEE di perbatasan Laut Cina Selatan sebagai perairan Laut Natuna Utara. Tiongkok tak bisa klaim batas maritimnya dengan Indonesia.
Discussion about this post