“Forum seperti ini adalah bagian dari tradisi kultural Muhammadiyah,” kata Haedar.
Menurut Haedar, Muhammadiyah dan media massa mempunyai kesamaan keprihatinan, komitmen dan pandangan mengenai persoalan-persoalan bangsa yang memang harus dihadapi bersama oleh kekuatan masyarakat sipil.
“Menghadapi pemilu 2024 tidak cukup hanya membiarkan proses politik itu terjadi secara pragmatis tetapi bagaimana pemilu juga membawa nilai, politik demokrasi yang substantif sekaligus mengutamakan kepentingan bangsa dan negara. Semua itu memerlukan pengawalan, panduan dan kritik dari kekuatan masyarakat, Muhammadiyah, ormas-ormas bangsa dan bahkan media,” tegas Haedar.
“Kritik juga diikuti dengan tawaran langkah-langkah strategis dan praktis,” imbuhnya.
Silaturahmi dengan pimpinan media massa ini pertama kali dilakukan setelah Muktamar Muhammadiyah ke-48 pada 18-20 November 2022 di Surakarta dilaksanakan.
Melalui muktamar tersebut Muhammadiyah mencermati dan mengkaji dinamika, perkembangan dan masalah dalam ranah kehidupan keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal.
Muktamar ke-48 menyampaikan pandangan terkait isu aktual yang menjadi perhatian yakni keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal sekaligus menawarkan solusi yang dirangkum dalam buku bertajuk Muhammadiyah dan Isu-Isu Strategis Keumatan, Kebangsaan dan Kemanusiaan Universal.
Pada isu keumatan, Muhammadiyah menawarkan solusi antara lain membangun kesalehan digital, memperkuat persatuan umat dan beragama yang mencerahkan.
Discussion about this post