Yanni minta dokter Sari berbagi pengalaman selama perjalanan keliling Indonesia seorang diri yang baru saja diselesaikannya. Wardani Sesaria Kleruk, lebih dikenal dengan sapaan dokter Sari Kleruk, lulusan Fakultas Kedokteran UMJ angkatan 2005 adalah perempuan yang lahir di Makassar, tinggal di Larantuka Flores, NTT.
“Karena saya tinggal di Larantuka, perjalanan saya mulai dari Sumbawa, lalu ke Jawa, dari Jakarta saya menyeberang ke Sumatra hingga titik nol Sabang dan kembali ke Banda Aceh, saat itu pas Lebaran. Saya memulai perjalanan pada saat puasa pada April 2021, setelahnya melanjutkan ke Medan dan turun terus menuju Jakarta lagi, dari Tanjung Priok saya menyeberang menuju Pontianak,” cerita Sari dengan senyum khasnya sambil memulai ceritanya.
“Saya singgah sebentar di Tugu Khatulistiwa, lalu melanjutkan perjalanan hingga Sebatik, menyeberang ke Sulawesi lewat Nunukan, di Kalimantan ada kejadian menyedihkan, karena jalan banyak berlubang, tidak terasa bahwa side bag saya jatuh, saya menyadarinya saat sudah tiba di penginapan, saya coba kembali menyusuri jalan hingga sekitar 30 kilometeran, tapi tidak saya temukan. Pasrah kembali ke penginapan hanya dengan baju di badan. Hahaha, ini pengalaman yang sungguh seru,” tutur Sari dengan wajah tetap gembira ria.
“Apa saja yang hilang dan apa yang Sari lakukan saat menghadapi itu semua?” tanya Yanni
“Semua baju ganti, cinderamata, alat motor, juga alat medis. Yang paling saya sayangkan adalah cinderamata yang diberi orang selama perjalanan,” ujarnya.
“Masuk Sulawesi dari Tolitoli, saya hanya menyusuri bagian atas, karena sudah pernah keliling Sulawesi bersama suami saat masih hidup, suami saya meninggal pada 2 November 2020, pas saat ulang tahun saya, 5 bulan kemudian saya melakukan perjalanan ini, karena keliling Indonesia ini sudah kami rencanakan sebelumnya, meski saya sebenarnya tidak yakin dengan kemampuan saya sendiri, karena saya belum pernah motoran dengan jarak yang jauh seorang diri,” lanjut Sari.
“Maafkan, turut berduka. Sari sungguh perempuan hebat dan luar biasa, cinta menambah keberanian dan tekat makin kuat, meski seorang diri tetap menjalaninya dan menyelesaikannya,” ucap Yanni.
“Ya Mbak, tidak apa-apa terima kasih (sambil memegang tangan Yanni, dan melanjutkan ceritanya). Dari Bitung saya ke Ternate, lalu Halmahera lanjut ke Weda. Di Weda saya kirimkan motor via Ferry ke Sorong dan saya kembali ke Ternate,” katanya.
Rencananya, Sari akan terbang ke Sorong, tapi dia kembali mengalami musibah. Dompet dan seluruh isinya hilang.
“Tidak bisa kemana-mana, ATM pun tidak ada, uang di kantong hanya Rp100 ribu, beruntung saya ditolong seorang teman dan mengirimkan uang lewat teman di Ternate. Akhirnya saya harus terbang ke Larantuka untuk mengurus surat-surat juga kartu perbankan. Satu bulan saya melakukan pengurusan, saat itu saya pergunakan untuk memasukkan lamaran jadi PNS juga, setelahnya baru melanjutkan perjalanan,” kisahnya.
Discussion about this post