Oleh: Dar Edi Yoga
Letjen David Barno dan Nora Bensahel dalam buku berjudul Adaptation Under Fire: How Militaries Change in Wartime (2020), menyatakan bahwa, “Salah satu kesalahan terbesar yang dilakukan oleh pemimpin militer adalah ia selalu mengasumsikan bahwa perang masa depan mirip dengan perang di masa lalu.
Kebanyakan asumsi ini terjadi begitu saja tanpa disadari, padahal sejarah juga mengajarkan bahwa tidak ada dua konflik (perang) masa lalu yang bentuknya identik.”
Kita juga harus melihat kronologi sejarah militer dunia, bahwa sebuah angkatan bersenjata yang kuat adalah hasil harmonisasi tiga faktor utama, yaitu teknologi, sumber daya manusia, dan doktrin.
Dalam rangka menjawab ancaman perang masa depan, maka tiga faktor ini harus selalu diharmonisasi secara adaptif melalui berbagai terobosan pemikiran dan pembangunan.
Kita sangat yakin bahwa Jenderal Andika adalah pemimpin militer yang telah memahami berbagai perang masa lalu, namun tentunya tidak mau bernostalgia bahwa ancaman TNI di masa depan akan sama dengan ancaman TNI di masa lalu.
Hal ini bisa kita lihat dari sepak terjang TNI di tahun 2022, dimana ada berbagai perubahan menonjol yang diinisiasi Jenderal Andika, yaitu intensitas dan kualitas latihan internasional yang melonjak signifikan.
Discussion about this post