Penutupan jalur pipa gas itu, tambah dia, disatu sisi dapat dimanfaatkan oleh negara Indonesia dengan menjadi pemasok kebutuhan gas pengganti.
“Pastinya akan ada kebutuhan pengganti dari kebutuhan gas yang dipasok oleh Rusia ke negara Uni Eropa. Karena sama kita ketahui, 30 persen total kebutuhan gas Uni Eropa dipenuhi dari Rusia yang pengirimannya dilakukan melalui jalur pipa,” ungkap dia.
Dan terganggunya pasokan batubara dari Rusia untuk China, sambung dia, tentunya akan berdampak besar, karena Rusia merupakan negara eksportir batubara nomor dua ke China saat ini menemui kesulitan untuk dapat melakukan proses jual beli batubara karena sanksi ekonomi yang diberikan oleh Amerika dan sekutunya.
“Disini Kita bisa berperan dalam distribusi crude Oil, batubara ataupun LNG. Jadi, harusnya kita bersiap, baik dari sisi komoditasnya maupun kapal-kapal pengangkutannya,” ujar Hakeng.
Pendiri dan Pengurus dari Perkumpulan Ahli Keamanan dan Keselamatan Maritim Indonesia (AKKMI) itu mendorong pihak Indonesian National Shipowners Association (INSA) untuk melihat serta memanfaatkan peluang ini. Misalnya dengan mendorong anggota INSA menyediakan kapal-kapal pengangkut crude oil, batubara maupun LNG.
“Pemerintah Indonesia juga harus bisa mendorong INSA untuk mengambil peluang ini. Pemerintah harusnya dapat melakukan pemetaan terkait peningkatan kebutuhan batubara dalam waktu dekat dari Eropa dan China serta meminta para pengusaha batubara untuk melakukan persiapan mengantisipasinya,” ucap dia.
Discussion about this post