Dengan tagline Melakukan Perubahan Menuju PWI Hebat, Ketua PWI Riau ini bersafari ke berbagai daerah. Tidak sendiri. Minimal sekali berangkat empat orang. Awalnya, tak ada yang percaya. Ia dituduh sebagai orang Atal untuk menggembosi loyalis Hendry.
Kunjungan pertama adalah Pulau Jawa. Dari Yogya, Solo, Surabaya, dan terakhir Semarang. Lanjut ke Makassar, di mana pertemuan dilakukan dengan empat Ketua PWI Provinsi. Tak ketinggalan, Kantor PWI Jaya juga didatangi. Terakhir ke Pulau Borneo, bersilaturahmi dengan PWI Kalsel dan Kalteng.
Saya, Raja Isyam Azwar (Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Riau), dan Oberlin Marbun (Bendahara PWI Riau) –sesekali Novrizon Burman (Penasihat PWI Riau) ikut– selalu mendampingi Zulmansyah dalam setiap kunjungan. Dari diskusi yang terjadi, mereka menerima Zulmansyah dengan visi misi yang dibawanya.
Kondisinya sungguh berat. Zulmansyah mencoba masuk ke dalam dua kelompok pendukung Atal S Depari dan Hendry Ch Bangun, di mana sebagian besar masih orang yang sama. Sepertinya Kongres XXV Bandung adalah ajang pertarungan ulang, terutama buat loyalis Hendry. Mereka tidak mau kalah dua kali.
Tetapi apapun itu, silaturahmi tetap jalan. Safari terus lanjut. Kunjungan melebar ke senior-senior PWI di Jakarta. Diskusi dan komunikasi semakin intensif. Undangan Ketua Dewan Kehormatan (DK) PWI Pusat untuk memaparkan visi misi di depan anggota DK, disambut Zulmansyah.
“Didukung atau tidak, kita tetap berteman. Yang penting tak ada dusta di antara kita,” kata Zulmansyah, dalam setiap pertemuan dengan Ketua PWI Provinsi yang dikunjungi.
Sepak terjang Zulmansyah ini membuat atmosfir persaingan calon Ketum PWI Pusat menjadi lebih “hidup” dan bergairah. Dalam sejarah PWI, belum pernah ada Ketua PWI provinsi yang serius menyatakan maju mencalonkan diri sebagai ketua umum. Itu dibuktikannya dengan melakukan safari sekaligus silaturahmi ke pemilik suara, lengkap dengan visi misi yang jelas.
Dari rangkaian perjalanan silaturahmi (politik?) yang dilakukan itu, jelas banyak hal positif yang diperoleh. Selain menambah sahabat dan jaringan pribadi, berbagai masukan dari kawan-kawan PWI daerah membuat Zulmansyah semakin mengenal lebih dalam organisasi wartawan tertua dan terbesar di Tanah Air ini. Dan, itu ikut membentuk sikap dan pribadinya yang semakin matang.
Kalah menang dalam sebuah pertarungan adalah biasa. Ambil positifnya saja. Selama enam bulan mengikuti perjalanan keliling Indonesia, secara pribadi saya melihat proses perubahan Zulmansyah menjadi pribadi yang lebih matang. Sudah saatnya ia melangkah ke pusat. Seluruh pengurus PWI Riau, saya rasa, ikhlas melepasnya untuk mengabdi di PWI Pusat.
Keputusan ini tentunya berimplikasi besar terhadap PWI Riau. Periode kedua Zulmansyah jadi nakhoda baru berjalan 1,5 tahun (2022-2027). PWI Riau harus segera mempersiapkan penggantinya. Berkaca dari sepak terjangnya selama memimpin, itu tidak mudah. Semoga saja semuanya berjalan lancar.
Saya yang secara otomatis ikut mengenal dan berkomunikasi dengan kawan-kawan Ketua PWI provinsi, hari ini menyatakan kebanggaan saya sebagai anggota PWI. Integritas dan kapasitas mereka sebagai ketua tak perlu diragukan. Hampir tak ada yang namanya jual beli suara. Jikapun ada yang menggunakan kesempatan untuk mencari keuntungan secara finansial, paling hanya satu dua orang. Dan, saya pun ada di sana sebagai saksi hidup.
Tapi percayalah. Gaya preman seperti itu tidak akan punya tempat di PWI. Seiring waktu, mereka akan tersingkir dengan sendirinya.
Akhirnya, selamat bekerja kepada para pengurus PWI Pusat masa bakti 2023-2028. Amanah anggota berada di pundak Anda. Jaga itu dengan baik. Hidup PWI Hebat!!.(***)
Penulis adalah Ketua DKP (Dewan Kehormatan Provinsi) PWI Riau
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post