<strong><a href="http://penasultra.id/" target="_blank" rel="noopener noreferrer" data-saferedirecturl="https://www.google.com/url?q=http://PENASULTRA.ID&source=gmail&ust=1616726891278000&usg=AFQjCNEjssiTUGkF5dk5DYEnsPHhbOYvtw">PENASULTRA.ID</a>, KONAWE UTARA</strong> – Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Ridwan Bae prihatin dengan Sulawesi Tenggara (Sultra) yang setiap tahun selalu menjadi langganan banjir. Termasuk di wilayah Kabupaten Konawe Utara (Konut). “Saya prihatin karena setiap tahun beberapa wilayah di Sultra seperti Konut, Konawe dan Konsel selalu terciprat banjir,” kata Ridwan Bae saat melakukan kunjungan kerja (kunker) di Konut, Rabu 22 Juli 2020. Tak hanya persoalan banjir, jalan yang dilalui menuju Konut juga ikut diprihatinkan Ridwan Bae. Bagaimana tidak, jalan Trans Sulawesi dari Pohara Kecamatan Sampara menuju ke Konut dan Sulawesi Tengah (Sulteng) itu kondisinya masih sulit dilalui. Padahal jalan sepanjang 17 kilometer tersebut telah dibangun sejak 2015 lalu. “Jalan ke Konut ini menyesakkan perasaan kita. Membuat kita tak ingin ke Konut karena jalannya,” ungkap Ridwan Bae. Menurutnya, untuk menyelesaikan dua permasalahan ini, para bupati disemua wilayah yang terkena banjir harus duduk bersama dengan Gubernur Sultra, Ali Mazi serta pihak terkait lainnya agar ada langkah kongkrit. “Instansi terkait seperti balai sungai, tata kota, balai jalan dan lain-lain. Jangan pusat jalan sendiri, pemprov jalan sendiri dan kabupaten juga begitu. Persoalan ini harus diselesaikan secara komprehensif. Perlu pendalaman lebih jauh,” beber Ridwan Bae. Ia mengaku akan terus memperjuangkan dan mempertahankan agar Sultra mendapat anggaran untuk menyelesaikan persoalan banjir dan jalan. “Tapi peran pemda dan pihak terkait sangat penting karena apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya adalah tugas pemda. Pusat hanya memberi anggaran,” jelas Ridwan. Ditempat yang sama, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) XXI Sultra, Yohanis Tulak Todingrara mengatakan, yang menjadi tantangan pihaknya adalah menangani jalan Trans Sulawesi yakni Pohara-Konut. Sebab, sejak banjir tahun lalu, kendalanya selalu sama yakni adanya aktivitas kendaraan dengan muatan melebihi kapasitas (<em>overload</em>). “Mungkin yang masih menjadi tantangan yakni jalan Pohara-Morosi. Tantangan kita adalah adanya angkutan-angkutan logistik seperti bahan baku pasir, BBM, solar dan semen. Armada pengangkut selalu <em>overload</em>,” terang Yohanis. Menurutnya, perlu ada pembatasan angkutan tiap kendaraan yakni maksimal 8 ton untuk armada standar. “Ini perlu adanya sosialisasi dan peran pemkab dibutuhkan. Sesuai hasil rapat, kami akan membentuk tim pengawas untuk memantau armada <em>overload</em> angkutan,” tegasnya. Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi IV Kendari, Haeruddin C. Maddi mengatakan, daerah aliran sungai (DAS) Lasolo perlu penanganan yang komprehensif. “Sungai sempat mencapai ketinggian 200 milimeter. Harusnya dengan ketinggian segitu, banjir akan berulang 100 tahun kedepan, tetapi kini menjadi satu tahun dengan luas DAS sungai Lasolo 5000 meter persegi perlu penanganan yang lebih komprehensif,” jelasnya. Sementara itu, Bupati Konut, Ruksamin mengucapkan terimakasih kepada Ridwan Bae yang telah menyempatkan hadir di Konut ditengah kesibukannya. “Terimakasih telah menyempatkan hadir dan menghadirkan langsung pihak terkait seperti balai jalan, sungai dan lain-lain. Ini sangat berarti bagi kami di Konut,” tutupnya. <strong>Penulis: Yeni Marinda</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/BDlNmtyQGDE
Discussion about this post