“Termasuk pehatian seperti kesejahteraan, contohnya rumah, pekerjaan dan bonus. SEA Games kemarin tidak ada support dari pihak Koni, komunikasi pun tidak ada. Malah atlet DKI bernama Apriliani yang diperhatikan, di kasih mobil, uang sementara kami yang asli atlet Sultra malah diabaikan,” ujar Sofiyanto.
Ia mengatakan, imbas dari tak mendapat perhatian, para atlet dayung Sultra ini bahkan berfikir untuk berpindah hati mewakili daerah lain dalam ajang kejuaraan dayung ditingkat nasional maupun internasional.
“Iya kami bertiga sudah ada niat pindah jika tak diperhatikan. Sebab peran pemerintah maupun KONI kurang sekali, ini sudah terlihat dari tahun dari sisi sarana dan prasarana. Bayangkan menjelang PON Papua kemarin, kita latihan cuma tiga bulan, sementara daerah lain ada yang satu tahun bahkan lebih,” beber Sofiyanto.
“Dengan latihan singkat itu kami ditargetkan tujuh medali emas. Untungnya ada atlet Sultra yang ikut pelatnas sehingga kami bisa menyumbangkan medali emas,” Sofiyanto menambahkan.
Senada, Dayumin mengatakan, KONI dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sultra terkesan menutup mata dan telinga atas pencapaian prestasi putra dan putri daerah yang telah mengibarkan bendera merah putih di Vietnam.
“Pastinya sangat kecewa, apalagi SEA Games 2021 Vietnam telah berakhir tapi sampai saat ini KONI selaku induk organisasi olahraga di Sultra bahkan lembaga olahraga di Sultra serta Pemda hanya menutup mata dan telinga,” Dayumin memungkas.
Discussion about this post