Syekh Ali Jaber juga mengatakan agar seorang muslim hendaknya memanjangkan shalatnya dengan membaca surat yang panjang meski hanya satu surat yang dibaca berulang-ulang.
“Bapak ibu, biasakan diri di luar shalat wajib. Kalau shalat wajib kita biasa ikut imam kita kan. Biasakan diri kalau shalat sunnah, apalagi shalat malam, panjangkan shalatnya. Semampunya, walaupun Anda tidak hafal. Boleh Anda membaca dalam satu rakaat satu ayat diulang berkali-kali, tidak menjadi masalah,” tutur Syekh Ali Jaber.
Namun, ada satu doa yang sangat lazim digunakan kaum muslimin saat melakukan gerakan I’tidal yakni dengan membaca :
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Robbanaa lakal hamdu mil us samawaati wamil ul ardhi wamil u maa syi’ta min syain ba’du.
Artinya: “Ya Allah tuhan kami, bagimu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh sesuatu yang engkau kehendaki sesudah itu.”
Ibnu Hajar dalam Fath Al-Bari menjelaskan bahwa doa ini menunjukkan terkadang bersuara keras bagi makmum diperbolehkan alias tidak makruh, salah satunya ketika bangun dari rukuk untuk i’tidal. Dimana, umat muslim disunahkan mengeraskan bacaan sami’allahu liman hamidah kemudian dilanjutkan dengan bacaan i’tidal. Bahkan karena keutamaan bacaan tersebut malaikat berebut untuk mencatatnya.
Karena pada gerakan tersebut, disunahkan untuk zikir kepada Allah yaitu dengan membaca doa i’tidal sebab di dalamnya mengandung banyak pujian dan syukur.
Olehnya itu, penulis mengajak kepada seluruh umat Muslim, khususnya di Sulawesi Tenggara agar senantiasa mengikuti gerakan I’tidal yang khusyu’ dan sebaiknya tidak terburu-buru saat berada pada posisi gerakan itu.
Penulis pun meminta maaf yang sedalam-dalamnya jika ada kekeliruan dalam tulisan ini karena saya pribadi pun belum seutuhnya sempurna dalam melaksanakan Sholat. Namun, sesama manusia kita harus selalu mengingatkan. Semoga bermanfaat.
Wallahu A’lam Bisshowab…
Penulis: Muhammad Jamil
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post