Awalnya, Lulo Ngganda menggunakan gendang-gendang tanah, kemudian berubah menjadi gendang yang dasarnya dari pelepah daun dan hingga sekarang menggunakan gendang kayu yang bernama poli’o.
Pada zaman dahulu Lulo Ngganda ini dilaksanakan siang dan malam hari secara terus menerus di bawah sinar bulan.
Ritual diadakan antara akhir September atau Oktober, karena panen yang telah selesai di Agustus dan September. Kemudian pembukaan ladang berikutnya akan dilaksanakan pada bulan november tepat setelah Lulo Ngganda selesai dilakukan.
Prosesi ini dilakukan selama tiga malam, yakni malam pertama adalah malam ke-13 bulan di langit atau orang Tolaki menyebutnya Tombaralenggea, malam kedua disebut Matamolambu dan malam ketiga adalah Mataumehe atau bulan purnama. Lulo akan dilaksanakan pada malam hari sejak matahari terbenam hingga tengah malam.
Hari pertama adalah prosesi diturunkannya kanda (sejenis tambur) pada sore hari menjelang matahari terbenam. Prosesi Lulo Nggada dimulai dengan berdoa kepada tuhan terkait harapan akan panen di tahun berikutnya yang akan dipimpin oleh Mbusehe. Malam kedua dan malam ketiga, dengan jenis gerakan lulo akan silih berganti ditarikan.
Setelah tiga malam melakukan Lolongganda, selanjutnya adalah puncak dari ritual ini yaitu akan dilakukan Mosehe (upacara pensucian) sebagai upacara syukuran atas hasil panen melimpah yang didapat di tahun ini sekaligus membuang kesalahan yang kita perbuat di tahun-tahun lalu dan juga dengan maksud agar tanaman yang tidak menguntungkan di tahun-tahun lalu kita ganti dengan tanaman baru dengan harapan akan memberikan hasil panen terbaik.
Pada hari ke empat tersebut akan diturunkan Kanda dari rumah di pagi hari pada pukul 06.30 dilanjutkan dengan ritual Mosehe dan kemudian dilanjutkan dengan berbagai kesenian dan olahraga tradisional.
Kesenian yang ditampilkan adalah Ore-ore nggae atau Ore-ore nggawuna atau harmonika tangan yang terbuat dari bambu, Wuwuho yakni sejenis seruling dan Modinggu yakni menumbuk padi di di lesung secara berdiri (Wohu tundoro) dengan menggunaka alu. Sedangkan olahraga tradisionalnya adalah Mehule atau bermain gasing, Kandau atau pencak silat, Metinggo atau egrang dan Mebiti atau adu betis.
Setelah seluruh rangkaian acara ini selesai, kemudian dilaksanakan doa syukur dan diakhiri dengan makan bersama.
Penulis: Yeni Marinda
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post