“Mengapa bekerjasama dengan posyandu?” Karena di situ ada pemberian makanan tambahan (PMT) dan rumah Dashat,” urai Heny.
Dalam aksinya, Heny bersama rekan-rekannya bukan hanya melulu membagikan pengetahuan seputar makanan dan kuliner. Lebih dari itu, sesuai visi PCPI, aksi sosial juga mereka lakukan. Dalam arti, anggota yang turun ke lapangan kerap membawa bahan-bahan makanan secara mandiri untuk diolah di rumah Dashat.
“Hasil pengajaran akan kami evaluasi tiga sampai empat bulan kemudian,” ucap Heny.
Pada setiap kegiatan, PCPI sedikitnya mengerahkan tiga anggota. Ada yang membagikan ilmu gizinya, ada pula yang menyajikan secara praktek.
“Tergantung keterampilan yang dimiliki masing-masing anggota,” jelas Heny.
Dalam berkegiatan, PCPI mendapat dukungan dana dari sejumlah pihak. Satu di antaranya adalah bekerjasama dengan gerakan Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS). Dana yang dihimpun dikelola secara langsung oleh pengurus Dashat.
“Hasilnya, dalam bentuk makanan sehat, diberikan kepada keluarga-keluarga berisiko stunting,” jelas Heny, seraya berujar, Dana Desa juga menopang kegiatan Dashat di sejumlah wilayah rawan stunting.
Adapun wilayah di mana BAAS bekerjasama dengan kader Dashat adalah Desa Cipadang, Kabupaten Pesawaran (50 anak asuh); Desa Buyut Udik, Kabupaten Lampung Tengah (40 anak asuh).
Desa Cilimus, Kabupaten Pesawaran, merupakan kerjasama BAAS dengan Tribun Lampung, terdapat 22 anak. Di desa lain, PCPI juga turut mendukung kegiatan posyandu melalui program PMT.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post