Menurut Survei Terpadu Pertanian 2021, pendapatan petani Indonesia kurang dari USD 1 per hari atau Rp15.207. Survei Persepsi Petani 2024 menunjukkan bahwa banyak petani tergolong sebagai keluarga miskin.
“Ini masalah. Harusnya tingginya kebutuhan masyarakat atas pangan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan petani kita. Tapi, petani kita masih kategori miskin berdasarkan sejumlah survei. Harusnya, petani kita ini paling sejahtera,” ujar Jaelani.
Rendahnya kesejahteraan petani ini berkelindan dengan masalah kebijakan pemerintah. Pemerintah harus merancang pertanian berbasis data yang akurat. Misalnya, perlunya identifikasi lahan pertanian dan jumlah petani dalam satu data nasional.
“Kalau data calon petani dan calon lahan kita lengkap dan akurat, saya pikir akan memudahkan dalam pengambilan kebijakan yang berbasis data,” beber Jaelani.
Setelah data calon petani dan calon lahan (CP/CL) ini lengkap dan diikuti dengan kebijakan distribusi pupuk yang merata, maka pemerintah sudah bisa mengkalkulasi berapa potensi produksi di sektor pertanian.
Tak hanya itu, pemerintah juga harus aktif turun melakukan pendampingan di masyarakat berkaitan dengan potensi gagal panen petani. Terlebih, dampak perubahan iklim mengubah pola pertanian di Indonesia.
“Potensi gagal panen petani kita sangat tinggi karena kondisi iklim yang tidak menentu. Tapi ini adalah tantangan. Makanya pemerintah harus turun ke bawah untuk memberikan pendampingan dan distribusi pengetahuan ke petani kita. Misal bagaimana kualitas tanah dan pemberantasan hamanya,” tutur Jaelani.
Discussion about this post