Ganguly dan timnya menemukan bahwa proses “penguncian” melibatkan beberapa komunikasi kompleks yang mengejutkan antara berbagai bagian otak, dan itu terjadi selama tidur nyenyak yang dikenal sebagai tidur non-REM.
Ganguly sebelumnya mengidentifikasi gelombang otak terkait tidur yang dapat mempengaruhi retensi keterampilan.
“Selama tidur, otak mampu menyaring semua kejadian yang diambil dan menampilkan pola yang berhasil,” katanya.
Artinya, jika dalam satu hari terjadi kondisi yang kurang baik diterima dan itu menjadikan luka batin seseorang dan tidak segera dilakukan pemaafan momen tersebut sampai menjelang tidur, maka saat tidur memori luka batin tersebut akan dikunci di pikiran bawah sadar.
“Dan bayangkan jika ini terjadi berulang secara stabil di pikiran, maka luka batin yang menempel di pikiran bawah sadar itu akan menjadi awal semua kerusakan fisik dan mental seseorang tersebut,” kata Avifi.
Juga dikatakan dalam jurnal tahun 2020 Personality and Individual Differences, pemaafan dapat memberikan manfaat kesehatan mental, seperti mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan subjektif.
Dalam jurnal lainnya, Journal of Positive Psychology tahun 2018 dijelaskan pula bahwa pemaafan dapat meningkatkan hubungan interpersonal dan meningkatkan kepuasan hidup.
Kecanduan
Ada kecanduan lain yang lebih mengerikan dampaknya selain narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba).
Kecanduan itu adalah suka mengulang-ulang pikiran tentang perasaan sedih, bersalah, terdzolimi, tersakiti, dikhianati, dilecehkan, dilemahkan, diabaikan, direndahkan, ditindas, dan lain- lain.
Kecanduan mengulang-ulang perasaan sedih ini bisa diobati dengan cara memaafkan secara sungguh-sungguh.
Momen Idulfitri adalah waktu yang tepat melepaskan kecanduan tersebut dengan memaafkan sehingga kita memiliki jiwa yang fitrah, kembali bersih.
Editor: Ridho Achmed
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post