PENASULTRA.ID, JAKARTA – Saat memberikan kuliah umum kepada Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) bertempat di Gedung Maspardi, Kesatrian AAL, Bumimoro, Surabaya, Wakil Presiden Republik Indonesia (Wapres RI) K.H. Ma’ruf Amin menyebut sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, pemerintah bertekad menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia menjadi basis bagi visi Indonesia Emas 2045.
KH. Ma’ruf Amin menyampaikan tujuh pilar kebijakan kelautan Indonesia untuk mewujudkan Jalesveva Jayamahe diantaranya pengelolaan sumber daya kelautan dan pengembangan SDM, pertahanan keamanan, penegakan hukum dan keselamatan di laut serta tata kelola dan kelembagaan di laut. Ekonomi dan infrastruktur kelautan dan peningkatan kesejahteraan, pengelolaan ruang dan perlindungan lingkungan laut, budaya bahari serta diplomasi maritim.
Pengamat Maritim dari Ikatan Keluarga Alumni Lemhannas Strategic Center (IKAL SC), Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa mengatakan untuk menjadi poros maritim dunia harus menjadi perhatian serius dari seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan negara ini.
“Negara kita adalah negara maritim. Dan tidak dipungkiri sejarah membuktikan motto Jalesveva Jayamahe yang berarti “Justru di Lautan Kita Menang” atau “Kejayaan Kita Ada di Laut” merupakan kalimat “sakti” dari armada laut zaman Majapahit untuk membangkitkan semangat pasukan laut,” kata Capt. Hakeng kepada awak media di Jakarta Senin 27 Februari 2023.
Indonesia sebagai poros maritim dunia bukan suatu keniscayaan. Dengan berpatokan pada tujuh pilar poros maritim yang ada dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 34 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Kebijakan Kelautan Indonesia Tahun 2021-2025 sudah cukup menjadi modal bagi bangsa ini untuk mengembalikan kejayaan maritim nenek moyang Indonesia.
Dengan memanfaatkan sumber daya perikanan kelautan yang berlimpah, tambah Capt. Hakeng, Indonesia bisa menjadi poros maritim dunia melalui sumber daya protein ikan.
“Indonesia memiliki sebelas wilayah pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) meliputi perairan Selat Karimata, laut Natuna, dan laut China Selatan, perairan Teluk Tomini, laut Maluku, laut Halmahera, laut Seram, dan Teluk Berau, perairan laut Aru, laut Arafuru, dan laut Timor bagian Timur,” papar Capt. Hakeng.
Capt. Hakeng menyebut Indonesia berada dalam posisi keempat di dunia sebagai negara produsen ikan. Peluang Indonesia untuk naik ke posisi dua atau tiga dunia sebagai produsen ikan sangat terbuka lebar.
Discussion about this post