<strong>Oleh: Sutrisno Pangaribuan</strong> Joko Widodo (Jokowi) menjadi Presiden Republik Indonesia paling berhasil hingga saat ini. Selain berhasil mengantarkan anak dan menantunya menjadi walikota, putra bungsunya menjadi ketua umum partai, Jokowi juga sukses menjadikan putranya menjadi bakal cawapres. Menjadi bakal cawapres dari bakal capres yang telah dua kali dikalahkannya. Jokowi pun menjadi satu-satunya presiden yang hingga jelang masa akhir jabatannya masih terus memelihara para relawannya. Relawan yang setiap saat dikumpulkannya, di Jakarta maupun di daerah yang dikunjunginya. Demikian juga dengan keberhasilan Jokowi membuat jinak, mengendalikan partai politik bekas "koalisi merah putih", pendukung Prabowo pada Pemilu 2014. Kelompok Parpol yang berhasil melakukan sabotase politik, dengan mengambil semua pimpinan alat kelengkapan DPR RI hasil Pemilu 2014. PDIP sebagai pemenang Pemilu dibuat tidak berdaya, tidak diberi peran apapun di DPR RI. Parpol eks Koalisi Merah Putih tersebut kini berubah mirip relawan Jokowi. Setiap kali ada kritik kepada Jokowi, baik terkait penambahan periode presiden, penundaan Pemilu, dinasti politik, maka elit Parpol tersebut akan kesusu membangun benteng, melebihi kecepatan relawan, membela Jokowi. Parpol bekas koalisi merah putih yang dulu galak menyerang Jokowi, kini jinak membelanya, bahkan menyerang para pengkritiknya. Sebelum menjadikan Parpol jinak seperti relawan, Jokowi juga berhasil menertibkan kelompok civil soviety lainnya. Melalui para pembantunya, Jokowi berhasil menjadikan para pimpinan organisasi kemasyarakatan (ormas), organisasi mahasiswa (ormawa), organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) sebagai relawannya. Melalui kakak pembina, kelompok civil society tersebut sewaktu-waktu dapat digerakkan dan digunakan, jika dibutuhkan. Salah satunya ormas yang baru-baru ini menggelar pelantikan dan rakernas di Medan Sumatera Utara, setelah mendapat dukungan dan fasilitasi dari menantu Jokowi, mengaku setia dan tegak lurus di depan Jokowi. Saat ide penambahan periode Jokowi, 3 periode bergulir, Jokowi mengaku gerakan tersebut sebagai upaya menjerumuskan, menampar wajah Jokowi. Namun anak buah Jokowi justru memberi apresiasi kepada para penggeraknya. Elit ormawa, ormas, dan OKP, sebagai aktor gerakan 3 periode justru diberi kompensasi menjadi komisaris BUMN atau anak perusahaan BUMN. Kelompok tersebut juga yang kemarin langsung membentuk paduan suara, menyanyikan lagu setuju terhadap putusan MK, menyatakan dukungan, sebab putusan MK tersebut diklaim memberi kesempatan kepada anak muda. Sehingga saat PDIP sedang meratapi nasib, menyampaikan kegalauan ditinggal kader yang diperlakukan istimewa, kelompok tersebut langsung membangun benteng mengawal Jokowi dan keluarganya. Parpol, relawan, dan kelompok civil society yang dibina anak buah Jokowi, secara bergantian menjadi juru bicara melawan kritik PDIP maupun kelompok civil society lainnya. Para elit politik rasa relawan Jokowi tersebut mendadak mampu mewakili Jokowi, mendadak Jokowi. Langkah politik Gibran, pemilik KTA PDIP (tidak dipecat dan tidak mundur), yang telah mendapat doa dan restu Jokowi pun tidak boleh dikritik. Koalisi Gemuk Relawan Jokowi yang terdiri dari Parpol, relawan, ormas, ormawa, OKP tidak mengizinkan Jokowi dan keluarganya dikritik oleh siapapun. Koalisi tersebut membentuk hukum sendiri, yang terdiri dari 2 pasal yakni: Pasal pertama, bahwa Jokowi selalu benar, dan Pasal kedua, Jika Jokowi salah, tinjau pasal pertama. Praktiknya dapat dilihat saat ini, jika ada kritik kepada Jokowi, maka para anggota koalisinya pasti pasang badan menghadapi pengkritik, terutama kritik dari PDIP. Jokowi dengan seluruh perangkat kekuasan yang dimiliki mengatur semua dengan rapi. Persepsi publik atas kinerja pemerintahan Jokowi yang mencapai 80 an persen menjadi bukti keberhasilan koalisi pendukung Jokowi mengelola dinamika dan stabilitas. Kanalisasi Parpol, relawan dan kelompok civil society dalam koalisi gemuk Jokowi mendorong lahirnya gerakan mendadak Jokowi, dengan paham baru Jokowisme. Namun semua gerakan politik memoles wajah dengan makeup paling bagus sekalipun akan terkikis oleh hujan. Kosmetik sebagus apapun tidak akan pernah mampu mengubah realitas. Kritik dari PDIP kepada Jokowi bukan karena tuntutan apapun, namun agar Jokowi tidak larut dalam puja puji yang membuatnya terjerumus.(<strong>***)</strong> <strong>Penulis adalah Kader PDIP, Presidium GaMa Centre,</strong> https://youtu.be/n27ePhtRUWY?si=Dv4BdnZb60eXC6zA
Discussion about this post