Angka-angka tersebut memang menunjukkan perubahan, namun tidak cukup jika berpatokan pada angka saja. Akan tetapi harus juga sama dengan realita di lapangan. Nyatanya sekalipun angka kemiskinan mengalami penurunan, namun faktanya Papua tetap saja mengalami keterbelakangan, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, kesenjangan, dan kesehatan yang buruk.
Padahal Papua adalah daerah yang kaya akan sumber daya alam. Miris memang, karena kapitalisme meniscayaan semua itu terjadi. Hanya bermain diangka, namun nyatanya jauh panggang dari api.
Jadi semua ini disebabkan oleh penerapan kapitalisme sekular, para kapital menguasai sumber daya alam suatu wilayah, sementara rakyat yang hidup di wilayah tersebut mati kelaparan. Maka, mana mungkin kesejahteraan didapatkan dalam sistem ini.
Sejatinya kesejahteraan tidak sulit diwujudkan pada masyarakat Papua, asalkan sistem ekonomi dan politik yang mengaturnya itu benar. Namun untuk saat ini tidak ada yang menerapkannya di dunia, kecuali sistem Islam yakni khilafah. Seluruh aturan dalam Islam hanya bersumber pada Allah SWT, tuhan seluruh manusia di muka bumi ini.
Salah satu bukti keberhasilan sistem khilafah dalam mengentaskan kemiskinan dan menyejahterakan rakyatnya adalah pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pemimpin khilafah Abbasiyah.
Beliau hanya memerlukan waktu 3 tahun untuk menihilkan kemiskinan, makna nihil di sini benar-benar tidak ditemukan orang yang berhak mendapatkan zakat maupun bantuan dari Baitul mall. Hal tersebut terabadikan dalam kisah tatkala Baitul mall mengalami kondisi surplus.
Discussion about this post