PENASULTRA.ID, KENDARI – Gerobak motor berisi buah-buahan Ansori Purnomo tampak tak jauh berbeda dari ribuan gerobak motor lainnya di pinggir jalan Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Namun, ada satu pemandangan baru yang mencolok, sebuah stiker bergambar kode kotak-kotak hitam terpasang rapi di tengah tumpukan jambu biji dan jambu air.
Jemari tangannya yang cekatan menimbang buah, sesekali matanya melirik ponsel pintar di saku. Tiba-tiba, sebuah notifikasi terdengar, suara yang dulu tak pernah ia bayangkan akan menjadi penanda ada rezeki mengisi pundi-pundi tabungannya.
Dering itu bukan sekadar bunyi. Setiap suara itu muncul, tandanya ada uang yang masuk. Bukan dalam bentuk lembaran uang tunai, melainkan dana dari transaksi digital yang tersimpan rapi di rekening tabungannya, jauh dari risiko hilang atau tercuri. Uang itu, kata Ansori, adalah tabungan khusus untuk masa depan pendidikan anaknya.

“Sangat memudahkan. Uang yang masuk langsung ke tabungan saya yang kami gunakan untuk simpanan anak,” kata Ansori dengan senyum tulus, Jumat 8 Agustus 2025.
Bagi Ansori, perjalanan menuju era nontunai tidaklah instan. Sejak memulai usahanya pada 2024, ia terbiasa dengan transaksi konvensional yang berurusan dengan tumpukan lembaran uang dan koin, yang tak jarang membuatnya repot mencari uang kembalian.
Akan tetapi, tuntutan dari pelanggan yang kini lebih akrab dengan dompet digital daripada dompet fisik memaksanya beradaptasi.
“Banyak pembeli mengeluh karena tidak bisa bayar non tunai. Ada yang bahkan tidak jadi beli karena tidak punya uang tunai,” kenang Ansori.
Desakan dari para pelanggan akhirnya mendorong Ansori untuk membuat Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) bagi usahanya. QRIS adalah inovasi digital yang digagas Bank Indonesia (BI) sebagai standar kode pembayaran digital di Indonesia. Proses pendaftarannya melalui BRI ternyata jauh lebih mudah dari yang ia duga.
Kini Ansori telah merasakan manisnya kemajuan teknologi. Ia tak perlu lagi cemas kehilangan pelanggan karena masalah sepele seperti tidak ada uang pas. Setiap harinya, 25 hingga 30 persen transaksinya datang dari pemindaian kode kotak-kotak itu.
Peluang di Era Nontunai
Fenomena Ansori hanyalah satu dari sekian banyak kisah lainnya di Sultra. Data dari BI Sultra hingga Juni 2025 menunjukkan adanya lonjakan signifikan.
Sebanyak 284.095 pengguna dan 208.552 merchant (usaha terdaftar) telah mengadopsi QRIS. Angka tersebut membuktikan bahwa inovasi ini tidak hanya menyasar toko besar, tetapi juga merambah ke warung kecil, pedagang kaki lima, bahkan usaha yang baru merintis.

Arhan, pemilik Alpukat Kocok Kendari, adalah salah satu dari mereka. la yang memulai usaha pada April 2025 langsung mengadopsi QRIS. Baginya, langkah ini bukan sekadar pilihan, melainkan sebuah keharusan di era ketika masyarakat semakin jarang membawa uang tunai. Keputusannya terbukti tepat.
“Kami pakai QRIS karena rata-rata saat ini sebagian sudah tidak pakai uang tunai,” tutur Arhan.
Di gerainya yang ramai di Anduonohu, 50 hingga 60 persen transaksinya terjadi melalui QRIS. Angka itu bahkan bisa melonjak hingga 80 persen di hari-hari tertentu. Selain memudahkan pembeli, QRIS juga mengubah cara Arhan mengelola keuangannya. Semua transaksi tercatat secara digital, membebaskannya dari kerumitan pembukuan manual yang memakan waktu.
Discussion about this post