Tidak Mengambil Posisi
Dimana posisi saya? Saya tak mengambil posisi apapun atau dimanapun. Sepanjang menurut intuisi dan pemikiran kepenulisan saya, puisi yang saya buat sudah memadai, saya “lepas” ke publik. Biarlah publik yang menilainya.
Ada yang menilai di beberapa puisi saya, saya tidak memperhatikan adanya pengulangan kata. Padahal bukannya saya tak paham soal itu, tapi bagi saya jika tidak mengganggu secara keseluruhan pengulangan kata bukanlah masalah.
Ketika menulis puisi, saya hanya ingin mengekspresikan perasaaan, suasana hati, imajinasi, pemikiran, analisis di karya puisi, dengan cara saya sendiri. Dengan identitas saya sendiri. Dengan karakter saya sendiri. Urusan penilaian mana yang lebih menonjol, apakah “estetika” atau “pemaknaan” saya serahkan kepada publik untuk menilainya. Juga kepada kritikus untuk memuji atau mengecamnya.
Tugas penyair adalah menciptakan puisi yang sesuai dengan bakat dan karakternya. DNAnya sendiri. Bukan untuk memuaskan “selera” publik, atau memenuhi anjuran kritikus. Tapi itu tak berarti penyair tak harus belajar dan patut berlaku bebal.
Penyair harus tetap menghormati aspek-aspek keilmuan dalam menciptakan karya, tetapi melalui pendekatan yang independen. Yang personal. Yang mencerminkan pribadinya sendiri. Hatinya sendiri. Pemikirannya sendiri. Tabik.(***)
Penulis adalah Penyair
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post