Saat itu, Ali Mazi, didampingi Walikota Baubau dan Bupati Buton serta perwakilan Kementerian PUPR meninjau lokasi tersebut. Bahkan isu tersebut disampaikan ke Bahlil ketika mengunjungi Kepulauan Buton.
Namun setelah 2021, rencana pembangunan Jembatan Tona vakum ditelan bumi. Masa Andap sebagai Pj. Gubernur sama sekali tidak pernah disinggung. Kedatangan Andap di Pulau Buton hanya untuk menerima penghargaan Kesultanan ketika itu.
Makanya, aneh bin ajaib, Si Bonte mengkoar-koar (sebetulnya memalukan dirinya sebagai legislator DPD RI) layaknya buzzer butuh dana serupiah untuk kebutuhan beli makan, bayar kos dan lain-lain, mengatakan Andap yang usulkan. Ayo Bonte… buka data anda jika benar Andap yang usulkan…. Sekarang tidak bisa lagi kita berkoar-koar karena data terenskrip dan transparan.
Nah, isu pembangunan Jembatan Tona ini kemudian ditangkap oleh Gubernur Sultra, 2025-2030 Andi Sumangerukka ketika menerima keluhan masyarakat pentingnya jembatan tersebut. Begitu juga konsultasi beberapa kepala daerah di Pulau Buton dalam beberapa kunjungan kerja.
ASR (sapaan akrab) melakukan langkah-langkah konkret, negosiasi dan konsultasi di Jakarta dilaksanakan berulang-ulang. Isu-isu terkait Jembatan Tona disampaikan di level kementerian ketika ASR koordinasi di Jakarta.
Buahnya adalah langkah nyata ASR, yang kemudian bisa mendatangkan Menteri PU untuk meninjau langsung lokasi pembangunan Jembatan Tona. Sekali lagi… Negosiasi ulung ASR kemudian mendatangkan sang Menteri ke titik nol Jembatan Tona.
Menteri tidak datang sendiri, ditemani Dirjen Teknis, legislator asal Sultra (Ridwan Bae dan Ali Mazi). Dan akhirnya di tempat atau titik nol, Menteri PU menginstruksikan agar 2026 anggaran pembangunan jembatan telah dianggarkan.
Apakah ini kerja Andap? Mustahil dan isu liar yang disampaikan Bonte. Jika kerja keras Andap harusnya anggarannya di 2025. Buktikan buka dokumen anggaran Kementerian PU? Semua omong-omong doank. Sengaja menghasut masyarakat agar men-justice bahwa ASR, RB dan AM hanya “Numpang Tenar”.
Apa tidak terbalik, justru Si Bonte lah yang numpang “Hoaks”. Pantaskah kita percaya dengan konten-konten Si Bonte yang hanya menghasut, menjelek-jelekan dan tidak satupun solusi ditawarkan.
Sekarang tanya Si Bonte, apa yang sudah diberikan atau andilnya selama di DPD RI? Rabiah jelas telah membantu dengan sejumlah program kepada masyarakat. Rusda Mahmud demikian dan bahkan telah berinisiatif membantu pemekaran Kepulauan Buton.
Pantaskah kita percaya opini-opini yang disampaikan Bonte yang mengandung ucapan kebencian dan hoaks. Masih pantaskah kita percaya dia. Jangan terhasut dengan kritikannya tapi minta dia buktikan dan beri solusi dari kritikannya.
Misalnya, anggaran pembangunan jalan di Muna yang diefisiensi (bukan hanya Muna tapi semua anggaran PUPR di Kabupaten ditarik). Coba tanyakan apa yang bisa dia lakukan. Hanya bertengkar di media sosial melalui konten-konten menyesatkan.
Mari masyarakat jangan dibodohi sama seorang yang numpang tenar karena kepentingan 2030 jadi DPD atau DPR RI atau 2031 Gubernur/wakil gubernur… minta Si Bonte tunjukan satu saja program, yang dia telah realisasikan untuk Sultra.
Mari telisik semua kontennya… yang ada hanya hasutan, konten jualan online dan konten aneh-aneh yang sebetulnya tidak pantas dilakoni seorang legislator nasional. Mari contoh cara Bahtra, Rusda Mahmud, Rabiah, Ridwan Bae yang sedikit bicara tapi banyak kerja demi masyarakat Sulawesi Tenggara.(***)
Penulis adalah Pemerhati Sosial Publik
Jangan lewatkan video populer:
Discussion about this post