Selain Suku Tolaki, ada pula Suku Bajo dan Suku Buton yang mendiami Desa Wisata Labengki. Ketiga suku tersebut memang mempunyai kebiasaan bermukim di wilayah pesisir atau laut.
Menariknya, Suku Bajo dikenal secara umum sebagai manusia laut lantaran kemampuan menyelamnya. Masyarakat Suku Bajo dapat menyelam ke dalam laut dengan durasi yang cukup lama tanpa menggunakan alat bantu pernapasan.
Desa Wisata Labengki setidaknya menawarkan 10 spot wisata yang menjadi favorit wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara seperti Goa Tobelo, Laguna, Blue Lagoon, Kimaboe Hill, Teluk Cinta, Pantai Pasir Panjang, Pantai Pasir Merah, Kampung Bajo, Menara Mercusuar, dan Goa Kolam Renang.
Potensi wisata bawah laut yang dapat dijumpai di Desa Wisata Labengki tentunya snorkeling dan diving. Hal ini menarik perhatian Menparekraf Sandiaga untuk menjajal atraksi tersebut dan mengikuti kegiatan konservasi melalui relokasi Kimaboe sebuah kerang raksasa di kedalaman sekitar 8 meter.
“Kami sudah hadir dan melihat keindahan budaya, alam, dan keunikan wisata bawah laut yang memiliki keunggulan berkelas dunia,” kata Menparekraf.
Sederet potensi daerah tersebut rasanya tidak lengkap tanpa kehadiran ekonomi kreatif seperti kuliner dan kriya. Adapun aneka kuliner tradisional yang menjadi andalan adalah Soso’o, Sinole, Loar, Kripik Songgi, Abon Ikan, Gogola Boe Saloka, dan Molome.
Sementara untuk produk kriya, masyarakat desa menggunakan bahan ramah lingkungan yang banyak tersedia di sekitar wilayah desa seperti kerajinan kerang-kerangan yang diolah menjadi tempat tisu, gantungan kunci, lampion, hiasan dinding, aksesoris wanita, dan lain-lain.
Discussion about this post