Hasto juga menyebut, angka perceraian di Indonesia mengalami peningkatan tajam dari tahun ke tahun. Berdasarkan data statistik, angka perceraian pada 2015 jumlahnya sekitar 350 ribu pasangan keluarga yang bercerai.
“Tetapi pada tahun 2021, jumlah yang bercerai meningkat menjadi 580 ribu. Perlu jadi perhatian ada sekitar 580 ribu anak-anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya akibat broken home,” kata Hasto.
Karena itu Hasto menekankan, perlunya membangun keluarga yang berkualitas untuk mencapai generasi muda Indonesia yang unggul dan maju.
Penekanan Hasto terhadap mental emotional disorder karena Yogyakarta adalah daerah dengan tingkat prevalensi stunting terendah se-Indonesia.
“Capaian Yogyakarta sangat luar biasa. Stunting Yogyakarta termasuk tiga provinsi terendah se-Indonesia, bersama Provinsi Bali dan DKI Jakarta. Banyak hal yang bisa dicontoh dari Yogyakarta. Gotong royong menjadi contoh yang sangat baik diterapkan dari Yogyakarta,” jelas dia.
Yogyakarta juga menjadi daerah dengan pencapaian tertinggi untuk partisipasi dalam Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) yang dilaksakan BKKBN pada 15 Juni 2022 yang lalu.
“Yogyakarta capaian akseptor untuk PSA melebihi dari target, lebih dari 200 persen,” kata dia.
Hasto hadir dalam peringatan ke-29 Harganas tingkat Provinsi DIY yang digelar di Balaikota Yogyakarta. Di kesempatan ini juga hadir, Deputi III Kemenko PMK drg. Agus, Wakil Gubernur DIY Sri Paku Alam XIX, Pj. Walikota Yogyakarta Sumadi, Ketua DPD AKU Yogyakarta GKR Bendara Nurastuti Wijareni, serta wakil ketua Tim Penggerak PKK DIY, serta jajaran BKKBN Provinsi DIY.
Discussion about this post