Upaya CPOPC dalam ragam lawatannya ke banyak negara, bisa menjadi referensi bagi Perguruan Tinggi (PT) untuk melakukan hal serupa, berbeda dengan CPOPC membawa misi diplomasi, maka PT berperan sebagai pembawa misi studi banding.
Dan menjadi ideal bilamana CPOPC bersinergi dengan PT dalam rangka mencetak generasi penerus diplomat sawit, melihatkan mahasiswa untuk belajar secara langsung. Barangkali dengan melihat permulaannya pada program #youngelaeis yang dilihat sudah cukup bagus, tinggal dikencangkan kembali.
Sebagai refleksi kita hari ini. Konsumsi domestik Indonesia yang mencapai 18,976 juta ton, tertaut jauh Malaysia yang hanya 3,282. Nigeria 2.340 juta, Thailand 2,168, dan akumulatif negara lain mencapai 46,685 juta ton. Lalu lahan menghasilkan Indonesia mencapai 12,342 juta Ha, Malaysia 5,127, Thailand 990 ribu mendekati 1 juta Ha, dan akumulatif negara lain mencapai 3,934.
Khusus Indonesia dalam tren 12 tahun (2010-2022) nyaris 2x lipat 2010 yaang hanya 6,262 juta (Data By CPOPC 2022). Dan melihat tren ekspor Indonesia mencapai 27,873 juta ton (55.1 %), Malaysia 15,730 (31.1%) juta ton. (Data By CPOPC 2022).
Melihat data diatas, sudah saatnya melibatkan perguruan tinggi utamanya yang terafiliasi dengan beasiswa sawit untuk naik level, bukan sekedar mengejar karir pada industri belaka. Walaupun hal tersebut bukan sesuatu yang diharamkan.
Hematnya, lembaga pendidikan yang terafliasi dengan sawit berperan dalam 2 lini yang bisa dilakukan dalam mendongkrak mutu mahasiswanya, penguatan bahasa asing dan studi banding.
Bahasa Asing
Setidaknya di Malaysia kita akan dipertemukan oleh ragam bahasa yang melekat pada orang di sana seperti Bahasa Melayu yang memiliki kedekatan dengan kita, namun tetap perlu kita belajar. Bahasa Inggris sebagai bahasa global, serta bahasa Mandarin karena di Malaysia cukup kental pluralisnya, serta pada sektor manufaktur sawit di mana peralatan manufaktur tidak sedikit dari Negeri Tirai Bambu sebagai raksasa manufaktur global.
Ditarik dari pendekatan pembelajaran Bahasa Inggris, nampak tidak cukup bila hanya 1 semester, namun bilamana keterbatasan. Kampus perlu inisiasi kelas tambahan atau kursus diwaktu libur atau narasi kerennya summer course. Tentunya bisa membuat mahasiswa lebih produktif dengan keterampilan bahasa asing dan melahirkan kepercayaan dirinya pada kancah global.
Discussion about this post