4. Tidak Melakukan Perawatan Pasca Melahirkan
Setelah bayi lahir, sebaiknya ibu dan bayi menerima perawatan pasca melahirkan. Sangat dianjurkan juga bagi bayi untuk langsung menerima asupan ASI agar dapat memperkuat sistem imunitasnya. Perawatan pasca melahirkan dianggap perlu untuk mendeteksi gangguan yang mungkin dialami ibu dan anak pasca persalinan.
5. Gangguan Mental dan Hipertensi Pada Ibu
Saat kehamilan, seorang ibu tidak boleh mengalami tekanan mental karena akan berpengaruh pada kondisi kesehatan anak yang dikandung. Jika seorang ibu mengalami gangguan mental dan hipertensi dalam masa kehamilan, risiko anak menderita stunting juga semakin tinggi.
6. Sakit Infeksi yang Berulang
Sakit infeksi yang berulang pada anak disebabkan oleh sistem imunitas tubuh yang tidak bekerja secara maksimal. Saat imunitas tubuh anak tidak berfungsi baik, maka risiko terkena berbagai jenis gangguan kesehatan, termasuk stunting, menjadi lebih tinggi. Karena stunting adalah penyakit yang rentan menyerang anak, ada baiknya Anda selalu memastikan imunitas buah hati terjaga sehingga terhindar dari infeksi.
7. Faktor Sanitasi
Sanitasi yang buruk serta keterbatasan akses pada air bersih akan mempertinggi risiko stunting pada anak. Bila anak tumbuh di lingkungan dengan sanitasi dan kondisi air yang tidak layak, hal ini dapat memengaruhi pertumbuhannya. Rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan juga merupakan salah satu faktor penyebab stunting.
Melihat beberapa faktor penyebab stunting di atas tersebut ternyata kurangnya pemberian makanan bergizi menjadi salah satu pemicu utamanya. Angka stunting akan selalu muncul dalam kondisi rakyat kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Ini merupakan persoalan yang paling terkait dengan perekonomian warga dan tersedianya lapangan pekerjaan bagi laki-laki sebagai kepala keluarga.
Yah, menyediakan makanan dengan gizi seimbang tentu memerlukan kondisi keuangan keluarga yang berkecukupan. Jika kepala keluarga sulit mendapatkan pekerjaan tetap dengan upah yang layak, rasanya menyediakan makanan dengan gizi seimbang hanya akan menjadi impian saja, apalagi pandemi yang berlangsung hampir tiga tahun telah banyak menyebabkan laki-laki kehilangan pekerjaan.
Dalam sistem sekuler, bagaimana kondisi keluarga yang stunting, cenderung hanya dilihat secara superficial, hanya persoalan kesehatan semata. Padahal masalah ini muncul karena faktor ekonomi. Sulitnya mendapatkan pekerjaan dan minimnya penghasilan memaksa ibu untuk menyiapkan makanan seadanya alias yang penting kenyang, tidak lagi memperhatikan kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya.
Seyogiayanya pemerintah mengkaji lebih mendalam lagi faktor utama pemicu angka stunting sulit diturunkan. Melihat secara menyeluruh persoalan warganya untuk menemukan solusinya. Sebagaimana yang dilakukan oleh Islam, segala persoalan warganya akan dilihat secara menyeluruh, dan semua bidang terkait untuk menyelesaikan. Karena dalam Islam aturan kehidupan dibuat untuk menjalankan aktivitas manusia secara integral/menyeluruh.
Pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan seluar-luasnya untuk laki-laki sebagai kepala keluarga, agar dapat memenuhi kewajibannya menafkahi. Memastikan kestabilan harga pangan di pasar agar terjangkau untuk semua kalangan. Pemimpin akan mengurus urusan rakyatnya dengan totalitas sebab kepemimpinannya kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Stunting tidak hanya dipandang sebagai persoalan kesehatan semata, melainkan persoalan ekonomi, pendidikan, sosial masyarakat bahkan politik dan keamanan. Dengan demikian menurunkan angka stunting bukanlah hal yang sulit dalam pandangan Islam, wallahu a’lam bisshowab.(***)
Penulis asal Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara
Discussion about this post