PENASULTRAID, JAKARTA – Freaksi, sebuah band rock alternatif asal Kota Malang yang lahir secara kebetulan dari sebuah komunitas musik (UKM) kampus UIN yakni Kommust. Freaksi melepas single terbaru untuk menyampaikan keresahan para personelnya, yang mungkin relate bagi para pendengarnya.
Single terbaru berjudul “Menakar Bahagia” yang menceritakan stagnasi kehidupan, yang sering kali setiap malam merasakan ketertinggalan yang menghasilkan ketidakpercayaan pada diri sendiri, tentang semua apa yang ada di depan.
Pertengahan 2025 ini, sejak pendeklarasian Freaksi 2 tahun lalu, beranggotakan Hanif (bass vokal) Haikal (gitar vokal), Yusron (gitar), dan Naufal (Drum) Freaksi menuangkan semua keresahan kehidupan sehari-hari mereka lewat single ini.
Setelah merilis 2 single “‘Kan Terus Ada” dan “Pola Berulang” yang keduanya menunggangi dua album kompilasi buatan UKM Kommust bertajuk “Infinite” serta “Resonance Route”. Kali ini mereka mencoba untuk merilis secara mandiri single “Menakar Bahagia” ini.
Freaksi menghadirkan karya yang lebih matang kali ini, baik secara produksi atau materi, sebuah single yang relate bagi banyak orang. Sebuah lagu tentang seorang di masa remaja yang menuju dewasa 20an atau bahkan 30.
Seringkali di umur itu mengalami kekhawatiran dengan kehidupan yang begini-gini saja, ketidakpastian, bingung tentang diri sendiri dan apa yang akan terjadi di masa depan. Di tengah rutinitas masing-masing yang padat dan kadang serba tidak jelas, proses kreatif Freaksi tetap berjalan dengan caranya sendiri.
Haikal, salah satu gitaris mengungkapkan bagaimana proses terjadinya single ini.
“Kita jalan apa adanya di tengah kesibukan masing-masing. Kadang juga mood-moodan sih. Tapi ya, di tengah kegiatan yang kadang sok sibuk ini, setidaknya kita nggak berhenti berkarya. Walaupun terlihat gitu-gitu saja, karena kalau nunggu semuanya sempurna, ya nggak jalan-jalan,” kata Haikal dalam keterangannya, Sabtu 23 Agustus 2025.
Freaksi mencoba memberitahu pendengar untuk menghadapi realitas kehidupan dengan tabah dan bersabar jangan melihat senangnya saja, tanpa melihat proses yang dilalui orang lain.
“Kita harus sungguh-sungguh terhadap apa yang kita kerjakan, suatu saat pasti kita akan di sana dan jangan merasa tertinggal. Proses setiap orang berbeda-beda jadi bersabar dan tunggu saja,” ujarnya.
Discussion about this post