Sungguh miris, disaat rakyat kelabakan dengan kelangkaan dan naiknya bahan pokok, disaat itu pula para wakil rakyat justru berusaha mengamankan kursi kekuasaan dan tebar pesona mengumbar janji untuk masa kontestasi Pemilu nanti.
Pemilu 2024 memang sudah berada di depan mata. Maka tak heran para politisi berusaha tebar janji kesana-kemari. Apapun akan dilakukan untuk menarik simpati rakyat, begitupun dengan adanya kelangkaan minyak goreng di pasaran. Hal ini dijadikan aji mumpung oleh sebagian para wakil rakyat agar tiba masanya nanti rakyat memilih mereka.
Tak dipungkiri dalam sistem kapitalisme, kekuasaan dijadikan sebagai ajang perebutan, sebab siapa yang berkuasa maka dialah yang berjaya. Apalagi dalam sistem saat ini agama telah dipisahkan dari kehidupan, seakan tidak ada kekhawatiran untuk mempertangungjawabkan kekuasaannya kelak di akhirat.
Sistem kapitalis demokrasi telah mencetak penguasa yang haus akan kekuasaan. Kekuasaan tidak lagi dijadikan sebagai amanah meriayah urusan rakyat, namun sebagai ajang meraup manfaat dan pundi-pundi rupiah. Mereka rela mengorbankan nasib, bahkan nyawa rakyatnya demi kepentingan mereka dan para pendukungnya.
Sandiwara-sandiwara diciptakan untuk menarik simpatik rakyat, mulai dari tebar janji-janji manis, padahal ujung-ujungnya rakyat akan kembali menelan pil pahit setelah mereka berkuasa. Seperti apa yang dilakukan sebagian wakil rakyat hari ini.
Inilah watak kapitalis demokrasi, sampai kapanpun akan mencetak penguasa-penguasa yang haus akan kekuasaan yang tidak memperdulikan nasib rakyat. Padahal, penguasa harusnya menyediakan dan memberikan solusi terhadap problematika rakyatnya, bukan justru ikut menimbun bahan pokok dan memperkeruh keadaan.
Berbeda dengan Islam. Kekuasaan di dalam Islam benar-benar dijalankan sesuai dengan misi dan visinya, yakni meriayah urusan rakyat. Sebab, kekuasaan akan dimintai pertangungjawaban kelak di akhirat. Sabda Rasulullah, “Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. (HR. Abu Dawud).
Selain itu Rasulullah juga mengingatkan dalam hadis lainnya juga agar manusia tidak meminta dijadikan pemimpin atau meminta jabatan. Karena tanggung jawab seorang pemimpin di dunia dan akhirat sangat berat.
Abdurrahman bin Samurah berkata, Rasulullah SAW bersabda kepadaku, “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika kamu diberi jabatan karena permintaan maka tanggung jawabnya akan dibebankan kepadamu. Namun jika kamu diangkat tanpa permintaan, maka kamu akan diberi pertolongan.” (HR Muslim).
Oleh karena itu, para pemimpin dalam Islam menjalankan perannya dengan amanah. Kita bisa melihat dalam sejarah kejayaan Islam, bagaimana para pemimpin-pemimpin Islam meriayah urusan rakyatnya dengan baik. Tidak dibiarkan rakyat sengsara dan menderita, jika rakyat menderita maka mereka juga ikut menderita. Begitupun sebaliknya.
Discussion about this post