Patut disadari jika sebab-sebab kelangkaan minyak yang diungkapkan oleh sebagian pakar dan penguasa seyogianya mengisyaratkan akan adanya praktik-praktik permainan harga oleh pihak swasta atau para pemilik modal. Mereka pemegang kendali terbesar dalam produksi minyak sawit di dalam negeri, sedangkan negara seakan tak berdaya saat berhadapan dengan para pemilik modal.
Hal tersebut terlihat jelas, disaat negara menekan harga minyak goreng di pasaran dengan memberikan subsidi, minyak goreng langsung langka, walaupun ada harga minyak melambung tinggi. Namun ketika subsidi dicabut, minyak langsung beredar cepat di pasaran dan tentunya harga naik dengan fantastis.
Inilah buruknya tata kelola dalam sistem kapitalisme. Penerapan ekonomi kapitalisme telah membuat rakyat sengsara di negeri sendiri yang berlimpah SDA.
Sistem ini juga membuat negara berlepas tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan rakyatnya, adapun jika pemenuhan kebutuhan rakyat dilakukan oleh penguasa, maka penguasa senantiasa melibatkan swasta atau pemilik modal dalam proses produksinya. Alhasil, jika swasta yang telah memegang proses produksi, maka mereka akan berhitung untung rugi kepada rakyat.
Kemudian, kepemimpinan dalam sistem kapitalisme juga lebih memihak para oligarki, hal tersebut terlihat disaat solusi-solusi yang diberikan penguasa justru semakin menyengsarakan rakyat, misalkan dengan pembatasan pembelian minyak goreng, mengharuskan pengunaan KTP dalam pembeliannya dan lainnya.
Padahal, akar masalah utama kelangkaan minyak adalah adanya oknum-oknum atau kartel yang memainkan produksi minyak, namun oknum-oknum tersebut seakan sangat licin untuk ditemukan oleh penguasa. Penguasa seakan lemah seketika saat berhadap dengan para pemilik modal. Mereka tidak mampu memberikan sanksi tegas terhadap para oknum-oknum nakal tersebut.
Sehingga sampai kapanpun rakyat tidak akan merasakan kesejahteraan, bahkan masalah kelangkaan minyak akan terus terjadi di negeri yang kaya akan CPO jika sistem kapitalis tetap diemban sebagai sistem kehidupan manusia. Hal ini berbeda jika Islam diterapkan sebagai sistem kehidupan manusia.
Islam menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar dan pokok per individu rakyat. Sebab pemimpin dalam Islam memahami bahwa kepemimpinannya adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat oleh Allah.
Dia juga memahami bahwa pemimpin adalah pelayan dan pelindung bagi rakyatnya. Sebagaimana sabda Rasulullah” “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).
Discussion about this post