“Artinya masih tumbuh positif dan stabil,” kata Bismi.
Menurutnya, kinerja dari perbankan mengalami kontraksi secara year on year untuk Aset dan DPK sebesar -4,57 persen dan -9,35 persen, hal ini disebabkan terdapat penarikan yang cukup besar oleh masyarakat pada periode kampanye pemilu di Sultra. Sedangkan, kinerja kredit mengalami pertumbuhan sebesar 13,79 persen.
Tingkat risiko kredit Perbankan di Sultra terjaga di posisi 1.76 persen dan berada dibawah ambang batas (threshold) sebesar 5 persen.
Berdasarkan kegiatan, NPL Bank umum dan BPR masing-masing sebesar 1.70 persen dan 7.83 persen. Adapun indikator fungsi intermediasi (LDR) mencapai 124.48 persen.
Adapun lima besar penyaluran kredit sektor ekonomi di Sultra didominasi untuk pemilikan peralatan RT Lainnya sebesar Rp15,31 Triliun (38,42 persen), sektor perdagangan besar dan eceran sebesar Rp7.33 Triliun (18,38 persen), pemilikan rumah tinggal sebesar Rp5,48 Triliun (share: 13,73 persen), sektor pertanian, perburuan dan kehutanan sebesar Rp3,43 Triliun (8,60 persen) dan pertambangan dan penggalian sebesar Rp1,98 Triliun (4,96 persen).
Discussion about this post