<strong>PENASULTRA.ID, JAKARTA-</strong> Peluang ekspor produk olahan nikel domestik ke Uni Eropa diklaim masih relatif kecil bagi pelaku usaha dalam negeri. Pasalnya, jarak geografis serta perilaku pembeli Uni Eropa yang lebih condong pada produk asal Amerika Latin membuat daya saing industri dalam negeri rendah untuk pasar benua biru tersebut. Hal ini diungkapkan Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesia Mining Association (IMA) Djoko Widajatno, dilansir dari Bisnis.com, Sabtu 16 April 2022. "Jarak ke Eropa membuat produk Nikel kalah bersaing dengan peleburan yang mengolah scrap di sekitar Eropa, untuk memasarkan ke Eropa banyak kendala dalam perizinan. Eropa lebih tertarik nikel dari Amerika Latin karena mereka membantu Ras Hispanic, ada unsur sesama orang asal Eropa,” kata Djoko Eksportir ini mengatakan, adapun pasar ekspor untuk sejumlah negara relatif terbuka lebar setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat membatasi impor minyak dan gas serta produk lainnya dari Rusia pada awal tahun ini. Manuver perdagangan blok barat itu dilakukan untuk melumpuhkan Rusia dari sisi perekonomian setelah invasi yang diluncurkan ke Ukraina sejak Februari 2022. Selain Rusia, Uni Eropa dan negara blok barat lainnya juga membatasi impor dari Belarusia. Dengan demikian, sejumlah komoditas unggulan Indonesia seperti batu bara, CPO, olahan nikel hingga besi dan baja dapat berpeluang mengisi kekosongan pasar di beberapa negara barat tersebut. "Produk nikel dari Belarusia juga masih ada yang keluar lewat jalan tikus sehingga sampai ke Eropa, ini yang sukar diprediksi seperti halnya pasokan gas ke Eropa masih berjalan melewati kanal yang tidak diketahui,” kata dia. Kendati demikian, dia mengatakan, peluang ekspor produk olahan nikel ke Uni Eropa masih dapat ditingkatkan di tengah momentum geopolitik tahun ini. Hanya saja eksportir harus mendapatkan kemudahan izin masuk ke Uni Eropa. "Saat ini produk nikel dari smelter sudah terikat dengan investor di China, jadi 70 persen produk sudah terikat kontrak," terang Djoko. Seperti diberitakan sebelumnya, Uni Eropa setuju untuk melarang impor batubara dari Rusia setelah laporan kekejaman Rusia di Ukraina mendorong para pejabat wilayah tersebut untuk memperluas sanksi putaran kelima. Paket sanksi, yang juga mencakup larangan sebagian besar truk dan kapal Rusia memasuki wilayah Uni Eropa ini, ditandatangani oleh diplomat blok itu pada Kamis (7/4/2022) dan diumumkan oleh Prancis. Uni Eropa (UE) sempat menahan diri untuk tidak memukul sektor energi Rusia dalam putaran sanksi sebelumnya setelah Jerman dan Hungaria memblokir langkah tersebut karena ketergantungan mereka pada bahan bakar fosil Rusia. <strong>Editor: Muhammad Jamil</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/lA_GXcG7E3k
Discussion about this post