PENASULTRA.ID, KENDARI – Di era serba digital, pembayaran nontunai semakin menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Di Sulawesi Tenggara (Sultra), adopsi sistem pembayaran digital menunjukkan pertumbuhan yang signifikan.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia (BI) Sultra, hingga Juni 2025 tercatat ada lonjakan pengguna QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) mencapai 284.095 pengguna dan 208.552 merchant (usaha terdaftar).
Untuk terus mendorong transformasi ini, Kantor Perwakilan (KPw) BI Sultra kini gencar memperkenalkan transaksi digital hingga ke lingkungan sekolah.
Melalui program bernama OSPEQ (Orientasi Siswa Pengenalan QRIS, dan Cinta, Bangga, Paham Rupiah), BI Sultra menyasar siswa sekolah menengah atas (SMA) di seluruh wilayah Sultra untuk mempersiapkan generasi muda yang melek finansial.

Sejumlah sekolah sudah disambangi, termasuk SMAN 1 Kendari, SMKN 1 Kendari, dan MAN Insan Cendekia Kendari, SMAN 8 Konawe Selatan (Konsel), SMAN 1 Unaaha (Konawe), hingga SMAN 2 Baubau.
Kegiatan terbaru diselenggarakan di SMAN 1 Raha bekerja sama dengan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Sultra, sebagai bagian dari rangkaian acara pra-Pekan QRIS Nasional (PQN) 2025.
Kepala Perwakilan BI Sultra, Edwin Permadi mengatakan, BI terus berupaya meningkatkan penggunaan QRIS di wilayahnya. Saat ini di Sultra telah mencapai 284.000 pengguna QRIS.
“Namun, kami masih berupaya mencapai target nasional 384.000 pengguna. Oleh karena itu, kami menghadirkan berbagai kegiatan edukasi dan promosi, seperti membuka gerai di acara-acara publik, termasuk pelatihan di sekolah,” kata Edwin, Rabu 13 Agustus 2025.
Literasi Keuangan dan Perlindungan Konsumen
OSPEQ tidak hanya sekadar memperkenalkan QRIS. Program ini juga menjadi platform edukasi komprehensif tentang literasi keuangan dan perlindungan konsumen. Para siswa diajak memahami cara kerja sistem pembayaran digital yang aman dan efisien.
Selain itu, BI Sultra juga memperkenalkan program PeKa (Peduli, Kenali, Adukan) yang fokus pada perlindungan konsumen yang memuat tiga pilar penting yaitu siswa didorong untuk peduli terhadap isu-isu seputar Rupiah, termasuk mengenali ciri-ciri keaslian uang dan menjaga keutuhannya.
Kemudian mengajak siswa mengenali keaslian uang Rupiah melalui metode 3D (Dilihat, Diraba, Diterawang), sekaligus memahami bahaya uang palsu.
Lalu mendorong partisipasi aktif untuk melaporkan uang yang diragukan keasliannya atau tindakan perusakan Rupiah kepada pihak berwenang.
Kepala SMAN 1 Raha, Achmad Djaya Adi, menyambut baik kolaborasi ini. Ia menyebut program tersebut memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan menyenangkan.
Discussion about this post