<strong>PENASULTRA.ID, KENDARI</strong> - Bicara soal kuliner Nusantara memang tidak ada habisnya. Mulai dari manis, asin, sampai gurih, semuanya ada. Di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terdapat beragam makanan yang tidak boleh anda lewatkan alias wajib dicoba. Salah satunya yaitu Parende atau Kaparende. Parende atau Kaparende sebenarnya adalah cara mengolah makanan. Panganan ini berbahan dasar ikan dan daging ayam. Di Buton, Parende berbahan dasar ikan merupakan sup ikan bumbu kuning. Cita rasa menu istimewa ini adalah rasa pedas berpadu asam dan gurih, sungguh menggugah selera. Ikan yang digunakan untuk bahan utama Parende seperti ikan kakap, kerapu atau tengiri, ikan tuna, ikan cakalang, dan ikan tongkol. Sementara bahan pembuatan yang digunakan terdiri dari bawang merah, bawang putih, tomat, cabai, belimbing wuluh, dan bumbu rempah-rempah lainnya. Untuk bahan dasar ayam harus jenis ayam kampung, bukan ayam broiler (ayam potong atau ayam pedaging yang telah dikembangbiakkan secara khusus). Bahan yang digunakan untuk memasaknya juga berbeda. <strong>Cara Membuat Parende</strong> Owner Kedai Ratu Alam Kendari, Ali Rahman memberikan informasi tahapan membuat Parende. Pertama-tama siapkan ikan yang telah di bersihkan. Campurkan asam dengan air, lalu diremas-remas. Tuang ke dalam panci. Masukkan ikan yang telah dibersihkan tadi, tambahkan daun serei dan kemangi. Tunggu hingga matang. Lalu masukkan irisan bawang merah dan bawang putih, tomat, garam, cabai rawit, belimbing, dan penyedap rasa. "Tunggu hingga matang. Lalu sajikan," kata Rahman baru-baru ini. [caption id="attachment_74260" align="alignnone" width="1600"]<img class="size-full wp-image-74260" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2024/12/Parende2.jpg" alt="Kaparende di Ratu Alam Kendari. Foto: Yeni Marinda/Penasultra.id" width="1600" height="915" /> Kaparende di Ratu Alam Kendari. Foto: Yeni Marinda/Penasultra.id[/caption] Berbeda dengan bahan dasar ayam, cara memasaknya bahkan lebih sederhana karena sangat minim bumbu. Bahkan Rahman menyebut Parende adalah kuliner tanpa bumbu. Awalnya, ayam yang telah dibersihkan dari bulunya lalu dibakar terlebih dahulu kemudian dipotong agar rasa tidak ada rasa anyir atau amis. Siapkan wadah atau wajan yang berisi air secukupnya. Lalu masukkan ayam yang telah dipotong-potong tadi disertai serai, garam, penyedap rasa, serta yang paling utama ialah daun buah kedondong hutan yang masih muda atau goloh dalam bahasa Muna. Daun inilah yang membuat lidah si perasa akan ketagihan untuk mencicipinya. "Hanya seperti itu saja bahannya. Cara memasak juga langsung disatukan dalam wadah ditambahkan air disesuaikan dengan banyaknya ayam atau ikan yang diparende," Rahman menambahkan. Lalu masak hingga matang dan disajikan. Pasangan menu berkuah ini sangat cocok dimakan dengan nasi, Sinonggi, ataupun Kasuami. <strong>Pengolahan Parende Berbahan Dasar Ayam di Muna</strong> Parende berbahan dasar ayam di Muna hampir mirip dengan di Buton. Tapi ternyata cara atau teknik pemotongan ayam untuk membuat Kaparende khususnya di Muna cukup menarik. Budayawan di Sultra, Wa Ode Sifatu mengatakan, di Muna ada perlakuan khusus saat memotong ayam. "Harus dikerjakan secara manual tanpa air panas. Biasanya kan kalau mau mencabut bulu ayam harus di siram atau direndam air panas dulu, tapi di Muna tidak," kata Sifatu. Setelah bulu ayam dibuka, dikeluarkan isi perutnya, seperti usus dan lainnya. Kemudian dibakar sejenak untuk memastikan bulu halusnya bersih dan darahnya kering. [caption id="attachment_74259" align="alignnone" width="1600"]<img class="size-full wp-image-74259" src="https://penasultra.id/wp-content/uploads/2024/12/Parende-1.jpg" alt="Tawaloho khas Suku Tolaki di RM Meohai Kendari. Foto: Yeni Marinda/Penasultra.id" width="1600" height="1049" /> Tawaloho khas Suku Tolaki di RM Meohai Kendari. Foto: Yeni Marinda/Penasultra.id[/caption] "Termasuk kutu-kutunya mati," ujar Dosen Antropologi Universitas Halu Oleo (UHO) ini. Setelah itu, ayam dipotong, tapi khusus kepala ayam dipotong dengan cara dipelintir. "Nah saat dipotong kita harus membuka beberapa daging dan urat-urat ada dibagian leher, sayap dan lainnya yang tidak boleh dimakan karena itu adalah titipan mahluk lain, ada titipan ular, titipan babi, dan lainnya. Ini sesuai kepercayaan orang Muna," beber Sifatu. Ayam dapat diolah, bisa dibuat Kaparende ataupun makanan lainnya. Kaparende sendiri sejak dahulu menjadi makanan populer di masyarakat yang menyehatkan. "Ini juga biasanya disajikan saat acara-acara adat," Sifatu menambahkan. <strong>Nama Lain Kaparende bagi Suku Tolaki</strong> Jika di Muna dan Buton disebut Kaparende, makanan yang hampir sama ini disebut Tawaloho bagi masyarakat suku Tolaki. Tawaloho artinya daun kedondong. Tidak ada perbedaan yang begitu signifikan dari bahan hingga proses pembuatannya. Proses pembuatannya sama, hanya saja pada Tawaloho ada tambahan bawang putih dan bawang merah. Pemilik Rumah Makan (RM) Meohai di Jalan Sao-Sao, Kecamatan Kadia, Kota Kendari, Lisa mengatakan, Tawaloho sangat cocok dimakan dengan nasi ataupun sinonggi. "Kami menjualnya secara paket. Jadi ada paket Sinonggi plus Tawaloho, tapi bisa juga pesan satuan," Lisa memungkas.<strong>(Adv/*)</strong> <strong>Penulis: Yeni Marinda</strong> <strong>Jangan lewatkan video populer:</strong> https://youtu.be/fDDkzjn348g?si=H8HY8Hr7ho9kaVqi
Discussion about this post